Chapter Selanjutnya

Daftar Isi:

    Chapter Berikutnya

      Jejak Karbon: Penyebab, Dampak, dan Cara Menghitungnya

      Bayangkan jika sebuah perusahaan yang berkembang pesat tidak menyadari bahwa aktivitas operasionalnya meninggalkan jejak besar di lingkungan. Dari konsumsi energi yang boros, rantai pasok global yang kompleks, hingga transportasi logistik yang menghasilkan emisi tinggi, semuanya menjadi kontributor jejak karbon.

      Tanpa pengelolaan yang tepat, jejak karbon dapat menyebabkan dampak serius seperti biaya operasional yang membengkak. Selain itu, perusahaan juga berisiko tertinggal dalam persaingan global, terutama dengan meningkatnya perhatian pada penerapan regulasi lingkungan yang semakin ketat.

      Sebagai solusi, ESG software berperan penting dalam mengatasi masalah ini. Dengan menerapkan strategi ESG (Environmental, Social, and Governance), perusahaan dapat meningkatkan transparansi, mengoptimalkan efisiensi energi, serta mengadopsi teknologi ramah lingkungan guna memastikan keberlanjutan bisnis jangka panjang.

      Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan jejak karbon, dan mengapa penting bagi perusahaan untuk memperhitungkannya? Mari kita bahas lebih lanjut.

      Key Takeaways

      • Setiap aktivitas bisnis, mulai dari konsumsi energi hingga rantai pasok global, berkontribusi terhadap jejak karbon yang dapat meningkatkan biaya operasional serta menimbulkan risiko kepatuhan terhadap regulasi lingkungan.
      • Tingginya jejak karbon dapat meningkatkan biaya operasional, mengurangi daya saing bisnis, serta menimbulkan risiko hukum akibat ketidakpatuhan terhadap regulasi lingkungan yang semakin ketat.
      • Dengan menerapkan ESG Software dari HashMicro, perusahaan dapat memantau emisi karbon, mengotomatisasi pelaporan ESG, serta menganalisis data keberlanjutan secara real-time guna meningkatkan transparansi dan daya saing bisnis.

      Klik untuk Demo Gratis!

       

      Daftar Isi:

        Daftar Isi

          DemoGratis

          Apa Itu Jejak Karbon?

          Jejak karbon adalah jumlah total emisi gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan oleh aktivitas manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam konteks bisnis, jejak karbon perusahaan mencakup emisi dari berbagai sumber, termasuk:

          • Emisi langsung (Scope 1): Emisi yang berasal dari sumber yang dimiliki atau dikendalikan perusahaan, seperti pembakaran bahan bakar dalam proses produksi atau penggunaan kendaraan operasional.
          • Emisi tidak langsung dari energi (Scope 2): Emisi yang dihasilkan dari konsumsi energi yang dibeli, seperti listrik, panas, atau uap yang digunakan dalam operasional bisnis.
          • Emisi tidak langsung lainnya (Scope 3): Emisi yang berasal dari aktivitas di luar kontrol langsung perusahaan, seperti rantai pasok, transportasi barang, penggunaan produk oleh konsumen, dan pembuangan limbah.

          Jejak karbon biasanya diukur dalam satuan ton karbon dioksida ekuivalen (CO₂e), yang mencerminkan dampak dari berbagai jenis gas rumah kaca terhadap pemanasan global. Semakin besar emisi yang dihasilkan, semakin besar dampak negatif terhadap lingkungan.

          Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk memahami dan mengelola jejak karbonnya guna mencapai keberlanjutan serta memenuhi standar ESG strategy yang kini menjadi perhatian utama bagi regulator, investor, dan konsumen.

          Penyebab Jejak Karbon di Perusahaan dan Faktor Utama yang Berkontribusi

          Setiap aktivitas bisnis, baik langsung maupun tidak langsung, berkontribusi terhadap jejak karbon. Mulai dari konsumsi energi, penggunaan bahan baku, hingga rantai pasok global, semuanya memiliki dampak terhadap hasil emisi karbon.

          Memahami penyebab jejak karbon dalam operasional perusahaan adalah langkah pertama menuju pengelolaan emisi yang lebih baik dan berkelanjutan. Berikut faktor utama yang menjadi kontributor jejak karbon dalam perusahaan:

          1. Pembakaran bahan bakar fosil

          Penggunaan batu bara, minyak, dan gas untuk listrik dan transportasi masih menjadi sumber utama emisi karbon. Dalam operasional bisnis, konsumsi energi untuk produksi, kendaraan operasional, serta sistem pemanasan dan pendinginan bangunan berkontribusi besar terhadap jejak karbon perusahaan.

          2. Industri manufaktur dan konstruksi

          Sektor manufaktur dan konstruksi mengkonsumsi energi dalam jumlah besar, yang sebagian besar berasal dari sumber bahan bakar fosil. Selain itu, proses produksi yang melibatkan peleburan logam, pengolahan kimia, dan penggunaan semen juga menghasilkan emisi karbon yang tinggi.

          3. Deforestasi dan penggunaan lahan

          Dalam industri berbasis sumber daya seperti pertanian, kehutanan, dan manufaktur berbasis kayu, praktik deforestasi menjadi penyebab utama peningkatan emisi karbon. Menebang pohon tanpa upaya reforestasi mengurangi kemampuan alam dalam menyerap karbon dioksida dari atmosfer, memperburuk efek gas rumah kaca.

          4. Pengelolaan limbah yang buruk

          Limbah industri dan domestik yang tidak terkelola dapat menghasilkan gas metana (CH₄), yang lebih berpotensi memicu pemanasan global dibandingkan CO₂. Pembuangan sampah organik ke TPA tanpa daur ulang atau pengolahan yang tepat dapat mempercepat akumulasi gas rumah kaca yang meningkatkan jejak karbon perusahaan.

          5. Jejak karbon dalam rantai pasok

          Selain operasional internal, perusahaan juga berkontribusi melalui supply chain carbon footprint. Emisi ini berasal dari aktivitas pemasok, distribusi, dan penggunaan produk. Banyak perusahaan menemukan bahwa rantai pasok yang kompleks, seperti pengadaan bahan baku dan logistik, menjadi sumber emisi terbesar.

          Dengan strategi yang tepat dan penerapan ESG software, perusahaan dapat beralih ke operasional yang lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.

          Contoh Jejak Karbon dalam Kehidupan Sehari-hari

          Contoh Jejak Karbon dalam Kehidupan Sehari-hari

          Dalam kehidupan modern, berbagai aktivitas yang tampak sederhana ternyata berkontribusi terhadap peningkatan jejak karbon. Baik dalam skala individu maupun operasional bisnis, hasil emisi karbon seringkali luput dari perhatian.

          Berikut beberapa contoh jejak karbon dalam kehidupan sehari-hari yang meliputi:

          1. Penggunaan kendaraan pribadi yang menghasilkan emisi CO2

          Kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil seperti bensin dan diesel melepaskan karbon dioksida (CO2) dan gas rumah kaca lainnya ke atmosfer. Semakin sering frekuensi penggunaannya, maka semakin besar pula hasil emisinya, terutama dalam perjalanan jarak jauh atau di daerah dengan kemacetan tinggi.

          3. Konsumsi energi berlebih di rumah atau kantor

          Listrik yang terkonversi untuk penerangan, pendingin udara, pemanas ruangan, dan perangkat elektronik lainnya sering kali berasal dari pembangkit listrik berbasis bahan bakar fosil. Konsumsi energi yang tinggi tanpa efisiensi dapat meningkatkan jejak karbon individu maupun perusahaan secara signifikan.

          4. Produksi dan pengangkutan barang dalam supply chain

          Setiap tahap dalam rantai pasok, mulai dari ekstraksi bahan baku, produksi, pengemasan, hingga distribusi menghasilkan emisi karbon yang menyebabkan supply chain carbon footprint. Sebagian besar berasal dari scope 3 emissions, yaitu emisi tidak langsung yang dihasilkan dari aktivitas pemasok dan mitra bisnis.

          5. Pola konsumsi makanan berbasis daging

          Industri peternakan merupakan salah satu kontributor utama emisi gas rumah kaca. Produksi daging sapi, misalnya, menghasilkan emisi metana (CH4) yang memiliki dampak pemanasan global lebih besar daripada CO2. Selain itu, deforestasi untuk lahan peternakan semakin memperburuk dampak lingkungan.

          Aktivitas-aktivitas ini menunjukkan betapa luasnya dampak jejak karbon dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kesadaran dan penerapan langkah-langkah pengurangan emisi menjadi kunci dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan menciptakan perubahan yang positif.

          Dampak Jejak Karbon bagi Perusahaan

          Jejak karbon yang tinggi tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga mengancam keberlanjutan bisnis. Dari meningkatnya biaya operasional hingga risiko kepatuhan terhadap regulasi, dampaknya bisa sangat luas. Berikut adalah beberapa konsekuensi utama yang harus diperhatikan oleh perusahaan:

          1. Peningkatan biaya operasional

          Ketergantungan pada energi berbasis fosil meningkatkan biaya operasional perusahaan. Seiring dengan kenaikan harga bahan bakar dan kebijakan pajak karbon, beban finansial ini semakin besar. Oleh karena itu, efisiensi energi dan transisi ke sumber daya yang lebih ramah lingkungan menjadi solusi yang perlu dipertimbangkan.

          2. Penurunan reputasi dan kepercayaan publik

          Konsumen dan mitra bisnis kini lebih selektif terhadap perusahaan yang peduli pada keberlanjutan. Jika perusahaan tidak menunjukkan komitmen dalam mengurangi jejak karbon, kepercayaan pelanggan dan investor bisa berkurang. Sebaliknya, perusahaan yang proaktif cenderung memiliki citra lebih positif dan daya saing yang lebih kuat.

          3. Tantangan kepatuhan terhadap regulasi

          Regulasi terkait emisi karbon yang semakin ketat, menuntut perusahaan untuk lebih transparan dalam melakukan pelaporan. Perusahaan yang gagal mematuhinya dapat menghadapi denda, sanksi, atau pembatasan operasional. Sehingga, perusahaan harus mengukur, melaporkan, dan mengelola jejak karbon sesuai regulasi yang berlaku.

          4. Ketidakstabilan dalam rantai pasok

          Jejak karbon dalam rantai pasok (supply chain carbon footprint) juga menjadi faktor krusial bagi keberlanjutan bisnis. Jika pemasok tidak menerapkan standar keberlanjutan, stabilitas pasokan dapat terganggu. Untuk menghindari risiko ini, perusahaan perlu bekerja sama dengan mitra bisnis yang berkomitmen terhadap pengurangan emisi.

          5. Risiko kehilangan investor dan pendanaan

          Investor kini semakin mempertimbangkan faktor ESG dalam keputusan investasi. Perusahaan yang tidak memiliki strategi pengelolaan jejak karbon yang jelas berisiko kehilangan pendanaan. Sebaliknya, bisnis yang menerapkan praktik keberlanjutan memiliki peluang lebih besar untuk menarik investasi dan mendorong pertumbuhan jangka panjang.

          Optimalkan penerapan ESG Software untuk mengatasi jejak karbon perusahaan. Jelajahi skema harga yang sesuai dengan kebutuhan bisnis Anda dan dapatkan penawaran terbaik sekarang!

          download skema harga software erp
          download skema harga software erp

          Mengapa Kita Harus Menghitung Jejak Karbon Perusahaan?

          Mengapa Kita Harus Menghitung Jejak Karbon Perusahaan?

          Menghitung jejak karbon perusahaan adalah langkah krusial dalam menghadapi tantangan keberlanjutan. Dengan memahami sumber emisi, perusahaan dapat merancang strategi yang lebih efisien, perusahaan berkontribusi pada kepatuhan terhadap regulasi lingkungan yang semakin ketat.

          Berikut beberapa alasan mengapa perhitungan jejak karbon sangat penting:

          1. Mengidentifikasi sumber emisi dan mengurangi dampak

          Setiap aktivitas bisnis memiliki kontributor jejak karbon, mulai dari konsumsi energi hingga logistik. Emisi dari rantai pasok atau supply chain carbon footprint seringkali menjadi penyumbang terbesar. Perhitungan yang akurat membantu perusahaan mengembangkan solusi pengurangan emisi yang lebih efektif.

          2. Meningkatkan kepercayaan investor dan konsumen

          Perusahaan dengan komitmen keberlanjutan lebih menarik bagi investor dan pelanggan yang peduli terhadap ESG. Transparansi dalam pelaporan karbon dapat meningkatkan reputasi bisnis di pasar global. Selain itu, strategi ini menciptakan nilai tambah bagi konsumen yang semakin sadar lingkungan.

          3. Mematuhi regulasi lingkungan dan standar global

          Banyak negara menerapkan kebijakan ketat terkait emisi karbon guna mendukung agenda keberlanjutan, termasuk penerapan ESG di Indonesia yang semakin berkembang. Standar internasional seperti GRI dan CDP mewajibkan perusahaan untuk melaporkan emisi karbon mereka. Kepatuhan terhadap regulasi ini dapat mencegah risiko sanksi dan memastikan keberlanjutan bisnis.

          4. Efisiensi biaya dan optimalisasi operasional

          Dengan memahami pola emisi, perusahaan dapat menemukan peluang untuk mengurangi pemborosan energi dan bahan baku. Efisiensi operasional tidak hanya menekan biaya produksi tetapi juga meningkatkan daya saing. Optimalisasi ini berkontribusi pada profitabilitas jangka panjang yang lebih stabil.

          5. Meningkatkan ketahanan bisnis dalam jangka panjang

          Di tengah perubahan iklim dan pergeseran regulasi, bisnis yang tidak beradaptasi berisiko kehilangan pasar. Perusahaan yang proaktif dalam menghitung dan mengelola jejak karbon lebih siap menghadapi perubahan ini. Strategi keberlanjutan kini menjadi faktor kunci dalam pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.

          Cara Menghitung Jejak Karbon Perusahaan

          Menghitung jejak karbon perusahaan adalah langkah penting dalam mengelola emisi gas rumah kaca secara akurat. Proses ini membantu perusahaan memahami sumber emisi, mematuhi regulasi lingkungan, dan meningkatkan transparansi dalam penerapan ESG.

          Berikut adalah tahapan rinci dalam perhitungan jejak karbon perusahaan:

          1. Mengidentifikasi aktivitas dengan emisi karbon

          Pertama, identifikasi seluruh aktivitas bisnis yang berkontribusi terhadap emisi karbon. Perusahaan harus melakukan pemetaan terhadap seluruh proses operasional dan rantai pasoknya untuk mengetahui sumber emisi.

          Beberapa sumber utama emisi karbon dalam perusahaan meliputi:
          Penggunaan energi dalam operasional harian (listrik, gas, dan bahan bakar).
          Transportasi barang dan logistik (pengiriman, distribusi, dan supply chain carbon footprint).

          • Penggunaan bahan baku dan manufaktur (proses produksi yang menghasilkan emisi langsung).
          • Perjalanan bisnis dan aktivitas karyawan (penerbangan, kendaraan dinas, dan akomodasi).
          • Limbah dan proses daur ulang (metode pembuangan dan dampaknya terhadap lingkungan).

          2. Mengumpulkan data konsumsi energi dan emisi

          Setiap sumber emisi yang telah teridentifikasi harus diukur dengan mengumpulkan data kuantitatif terkait konsumsi energi dan bahan baku yang digunakan. Perusahaan harus memiliki dokumentasi yang mencakup:

          Kategori Emisi Jenis Data yang Diperlukan Sumber Informasi
          Bahan Bakar dan Energi Volume bahan bakar (liter), konsumsi listrik (kWh), dan sumber energi. Tagihan listrik, laporan operasional pabrik, data kendaraan.
          Transportasi dan logistik Jarak tempuh (km), moda transportasi, dan jenis bahan bakar yang digunakan. Laporan pengiriman, data vendor logistik.
          Proses Manufaktur Jumlah bahan baku yang digunakan, jenis proses produksi, dan limbah yang dihasilkan. Laporan produksi, catatan pengadaan bahan baku.
          Perjalanan Bisnis Jumlah perjalanan, moda transportasi, dan durasi perjalanan Laporan perjalanan karyawan, tiket pesawat/kereta.
          Limbah dan Daur Ulang Volume limbah yang dihasilkan dan metode pembuangan. Catatan pengelolaan limbah, data vendor daur ulang.

           

          Perusahaan dapat menggunakan sistem pemantauan energi otomatis atau perangkat lunak pencatatan jejak karbon untuk meningkatkan akurasi dan efisiensi pengumpulan data ini.

          3. Mengonversi data ke emisi CO₂e dengan metode standar

          Setelah semua data terkumpul, langkah selanjutnya adalah mengonversi konsumsi energi dan bahan baku tersebut menjadi ton CO₂ ekuivalen (CO₂e) menggunakan faktor emisi resmi berdasarkan standarisasi oleh lembaga internasional.

          Beberapa standar yang umum pada konversi ini meliputi:

          • Greenhouse Gas Protocol (GHG Protocol) – Standar global untuk mengukur dan melaporkan emisi gas rumah kaca.
          • ISO 14064 – Standar internasional untuk akuntansi dan verifikasi emisi karbon.
          • Faktor Emisi dari IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) – Panduan global dalam perhitungan emisi karbon dari berbagai sumber energi.
          • Faktor Emisi dari EPA (Environmental Protection Agency) – Faktor emisi berbasis aktivitas dan industri yang diterbitkan oleh badan perlindungan lingkungan AS.

          Contoh Perhitungan:

          Jika sebuah perusahaan menggunakan 10.000 liter bahan bakar diesel, dengan faktor emisi diesel sebesar 2,68 kg CO₂e per liter, maka perhitungannya adalah:

          Rumus Jejak Karbon 1

          Jika perusahaan juga menggunakan 50.000 kWh listrik, dan faktor emisi listrik di wilayahnya adalah 0,4 kg CO₂e per kWh, maka:

          Rumus Jejak Karbon 2

          Proses perhitungan ini berlaku untuk semua sumber emisi yang telah teridentifikasi, sehingga menghasilkan total emisi karbon perusahaan dalam satu periode tertentu.

          4. Analisis dan Penyusunan Laporan Jejak Karbon

          Setelah semua perhitungan selesai, langkah selanjutnya adalah menganalisis dan menyusun laporan jejak karbon yang mencakup:

          • Total emisi karbon perusahaan dalam satu periode tertentu (misalnya per tahun).
          • Rincian per kategori emisi:

          a). Scope 1 (Emisi Langsung): Bahan bakar kendaraan, proses produksi, dll.

          b). Scope 2 (Emisi Tidak Langsung): Konsumsi listrik dari sumber eksternal.

          c). Scope 3 (Emisi Tidak Langsung dalam Rantai Pasok): Transportasi produk, limbah, dan dampak rantai pasok lainnya (supply chain carbon footprint).

          • Tren perubahan emisi dengan perbandingan periode sebelumnya.
          • Analisis area dengan emisi tertinggi dan rekomendasi strategi pengurangan emisi.
          • Peluang perbaikan untuk meningkatkan efisiensi operasional dan kepatuhan ESG.

          Laporan ini sangat penting bagi perusahaan untuk:

          • Memenuhi regulasi lingkungan yang mewajibkan perusahaan melaporkan jejak karbon mereka.
          • Menarik investor dan pelanggan yang peduli terhadap keberlanjutan.
          • Mengurangi biaya operasional dengan menemukan cara untuk meningkatkan efisiensi energi.

          Banyak perusahaan kini menggunakan Enterprise Resource Planning (ERP) berbasis ESG, untuk mempermudah pencatatan, pemantauan, dan pelaporan jejak karbon secara real-time.

          Dengan memahami langkah-langkah ini, perusahaan dapat lebih mudah mengelola jejak karbon mereka dan mengambil langkah konkret dalam menerapkan praktik bisnis yang lebih berkelanjutan.

          Pentingnya ESG dalam Mengatasi Jejak Karbon Perusahaan di Indonesia

          Software ESG - HashMicro

          Dalam konteks keberlanjutan bisnis, ESG adalah pendekatan yang mengintegrasikan aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan guna menciptakan model bisnis yang lebih bertanggung jawab. Salah satu implementasi konkret dari ESG adalah pemanfaatan ESG Software yang membantu perusahaan dalam pemantauan dan pengelolaan jejak karbon.

          Untuk mendukung perusahaan dalam menerapkan ESG secara efektif, HashMicro menawarkan ESG Software berbasis ERP. Sistem ini berfokus untuk membantu bisnis dalam mengukur, memantau, dan mengurangi dampak lingkungan mereka. Perangkat lunak ini mempermudah proses pelaporan dan pengambilan keputusan berbasis data guna mencapai tujuan keberlanjutan.

          Berikut adalah fitur-fitur utama yang HashMicro tawarkan dalam mendukung implementasi Software ESG:

          • Pelaporan ESG Otomatis: Menghasilkan laporan ESG yang komprehensif dengan pengumpulan dan analisis data secara real-time dan akurat, sesuai dengan regulasi lokal.
          • Pemantauan Jejak Karbon & Energi: Melacak dan mengukur konsumsi energi, emisi, dan pengelolaan limbah untuk membantu bisnis mengurangi dampak lingkungan.
          • Integrasi dengan Sistem ERP: Memudahkan proses integrasi dengan sistem lain, sehingga memungkinkan sinkronisasi data yang efisien dan akurat.
          • Pembuatan Laporan PDF Otomatis: Memudahkan perusahaan dalam menyusun laporan ESG secara otomatis sehingga lebih efisien dan tidak memakan waktu lama dalam pelaporan.
          • Kemitraan dengan Firma Konsultasi ESG: HashMicro menjalin kerja sama dengan firma konsultasi ESG untuk memberikan dukungan yang lebih luas bagi perusahaan dalam menyusun strategi ESG yang sesuai dengan standar global.
          • Beyond Environment: Fitur ini memudahkan perusahaan dalam mengkategorikan karyawan berdasarkan gender, usia, atau tempat lahir, yang akan disimpulkan dalam ESG Score yang didapat.
          • Pelacakan Keberlanjutan Berbasis AI: HashMicro menyediakan software ESG berbasis AI yang mendukung pelacakan keberlanjutan, analisis kepatuhan, dan pelaporan otomatis sesuai standar global.

          Dengan fitur-fitur tersebut, HashMicro berkomitmen untuk membantu perusahaan dalam mengelola dan meningkatkan kinerja ESG secara efektif dan efisien. Sehingga perusahaan dapat mengelola dan melaporkan kinerja keberlanjutan mereka dengan lebih efektif dan efisien.

          Kesimpulan

          Jejak karbon perusahaan berasal dari berbagai aktivitas operasional, mulai dari penggunaan energi hingga rantai pasok. Tanpa pengelolaan yang tepat, emisi karbon dapat meningkatkan biaya operasional dan menurunkan daya saing bisnis. Oleh karena itu, perhitungan dan strategi pengurangan emisi menjadi langkah penting dalam mendukung keberlanjutan.

          Untuk mengatasi tantangan ini, perusahaan dapat menerapkan strategi ESG. Dengan penggunaan ESG Software, perusahaan dapat memantau konsumsi energi, mengukur emisi karbon, serta menyusun laporan keberlanjutan secara lebih efisien. Integrasi teknologi ini membantu bisnis dalam memenuhi regulasi dan meningkatkan transparansi.

          Adopsi ESG dan teknologi pendukungnya bukan hanya sekadar kewajiban, tetapi juga peluang untuk menciptakan bisnis yang lebih efisien dan berkelanjutan. Dengan pendekatan yang tepat, perusahaan dapat mengurangi dampak lingkungan sekaligus meningkatkan reputasi di mata investor dan konsumen yang semakin peduli terhadap keberlanjutan.

          Mulai transformasi Anda menuju bisnis yang lebih berkelanjutan, cobalah demo gratis untuk kemudahan implementasi strategi ESG yang lebih efektif!

          ERP

          Pertanyaan Seputar Jejak Karbon Perusahaan

          • Apa itu Jejak Karbon Perusahaan?

            Jejak karbon perusahaan, atau carbon footprint, adalah total emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktivitas operasional suatu perusahaan. Ini mencakup emisi langsung dari proses produksi dan transportasi, serta emisi tidak langsung dari energi yang digunakan. Jejak karbon diukur dalam satuan ton CO₂ atau setara CO₂ (CO₂e) dan mencerminkan dampak lingkungan dari aktivitas perusahaan.

          • Apa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi jejak karbon perusahaan?

            Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi jejak karbon perusahaan meliputi:
            1. Menghitung Jejak Karbon: Melakukan analisis menyeluruh untuk memahami sumber emisi.
            2. Beralih ke Energi Terbarukan: Menggunakan sumber energi seperti solar atau angin.
            3. Menerapkan Praktik Berkelanjutan: Mengurangi penggunaan energi dan limbah, serta menerapkan sistem kerja yang lebih efisien.
            4. Kompensasi Emisi: Menanam pohon atau membeli kredit karbon untuk menyeimbangkan emisi yang dihasilkan.
            5. Mendorong Rantai Pasok Berkelanjutan: Memastikan pemasok juga menerapkan praktik ramah lingkungan.

          • Apakah ada regulasi terkait jejak karbon perusahaan?

            Terdapat regulasi yang semakin ketat terkait jejak karbon perusahaan, terutama dalam kerangka Environmental, Social, and Governance (ESG). ESG mendorong transparansi dan tanggung jawab sosial perusahaan, termasuk pengurangan emisi karbon. Banyak negara menerapkan kebijakan yang mewajibkan pelaporan emisi karbon, seperti melalui Greenhouse Gas Protocol dan Carbon Disclosure Project (CDP), sebagai bagian dari upaya global untuk mitigasi perubahan iklim.

          Apakah artikel Ini bermanfaat?
          YaTidak
          ESG

          Solusi nyata sederhanakan kompleksitas bisnis

          Solusi nyata sederhanakan kompleksitas bisnis

          Dipercaya oleh 2,000+ klien

          Rasakan Keajaibannya Sendiri

          Saya Mau Coba Dulu!

          Dipercaya oleh 2,000+ klien

          Penawaran Spesial Ramadan: Diskon 15%! Hanya tersedia untuk 100 klaim pertama!