Pabrik manufaktur menjadi salah satu industri yang paling menjanjikan di Indonesia. Tidak hanya bergerak di bidang penjualan bahan baku atau bahan mentah, pabrik ini juga berperan penting dalam perputaran ekonomi negara. Karena hampir seluruh perusahaan di berbagai bidang memerlukan bahan baku untuk kegiatan produksinya. Hal ini juga yang membuat banyak pabrik manufaktur kewalahan terutaman dalam mengelola transaksi penjualannya dan beralih menggunakan software akuntansi berbasis cloud. Perkembangan teknologi yang pesat membuat persaingan antar industri ini semakin ketat dan untuk bisa menjadi perusahaan terbaik, namun tentu saja siklus keuangan serta sistem akuntansi perusahaan harus transparan.
Sama halnya dengan perusahaan lain, pabrik manufaktur melakukan pencatatan transaksi keuangan menggunakan bantuan software akuntansi sebagai langkah dasar agar bisa mengatur keuangan perusahaan sebaik mungkin. Seluruh kegiatan transaksi nantinya akan tercatat pada bukti transaksi resmi secara otomatis oleh sistem akuntansi yang dapat menunjukkan laju aktivitas ekonomi perusahaan atas dana yang dialirkan. Meskipun sama-sama melakukan pencatatan transaksi keuangan, siklus akuntansi pabrik manufaktur berbeda dengan siklus akuntansi perusahaan lainnya. Berikut ini faktor-faktor penting yang harus ada di dalam laporan akuntansi pabrik manufaktur beserta contohnya.
Baca juga: Software Akuntansi Keuangan untuk Bisnis Manufaktur Anda
Daftar Isi:
Pilih daftar isi
Biaya Pabrik Manufaktur
Biaya-biaya yang terjadi dalam pabrik selama satu periode biasanya disebut dengan biaya pabrik (manufacturing cost). Biaya pabrik tersebut meliputi biaya bahan baku (raw materials), biaya buruh langsung (direct labor) dan biaya pabrikasi (overhead). Berbeda dengan biaya bahan baku dan buruh langsung yang dapat teridentifikasi secara langsung dengan barang jadi, biaya pabrikasi merupakan biaya yang tidak dapat teridentifikasi secara langsung dengan barang jadi, misalnya biaya untuk pemeliharaan dan perbaikan, perlengkapan pabrik, dan sebagainya.
Biaya Produksi Pabrik Manufaktur
Biaya produksi (production cost) adalah biaya yang perusahaan gunakan selama proses produksi dalam suatu periode. Biasanya, hal ini terdiri dari pengeluaran yang perusahaan gunakan selama persediaan dalam proses awal ditambah dengan biaya pabrik. Secara singkat, biaya yang termasuk dalam biaya produksi adalah biaya yang perusahaan gunakan dari awal hingga akhir proses pada periode tertentu.
Harga Pokok Produksi Pabrik Manufaktur
Biaya barang yang telah diselesaikan dalam proses produksi pada periode tertentu merupakan harga pokok produksi barang selesai (cost of goods manufactured) atau harga pokok produksi. Harga pokok produksi ini terdiri dari biaya pabrik yang ditambah persediaan dalam proses awal periode dan kemudian dikurangi persediaan dalam proses akhir periode. Harga pokok produksi selama satu periode akan terlampir dalam laporan harga pokok produksi yang merupakan bagian dari harga pokok penjualan (cost of goods sold).
Jurnal dan Buku Besar Pabrik Manufaktur
Untuk melakukan pencatatan dan pelaporan transaksi keuangan, pabrik manufaktur membutuhkan jurnal dan buku besar yang nantinya akan mencatat semua transaksi bisnis misalnya seperti akun kas, biaya-biaya, piutang usaha, utang usaha dan lainnya. Nantinya, akuntan atau manajer akan melakukan pengecekan jika ada kesalahan pada buku besar karena akan berpengaruh pada siklus akuntansi perusahaan.
Untuk menghindari kesalahan pencatatan, perusahaan dapat mempertimbangkan penggunaan software akuntansi berbasis cloud yang dapat mengotomatiskan pengelolaan arus kas dan pembuatan laporan keuangan. Untuk mengetahui lebih lanjut, Anda dapat mengunduh skema perhitungan dan mendapatkan gambaran harganya.
Baca juga: Sistem Akuntansi: Pengertian, Manfaat, dan Penerapannya dalam Bisnis
Pembelian Bahan Baku
Berikut merupakan gambaran contoh pencatatan dan pelaporan harga pokok produksi dalam sebuah perusahaan pabrik selama satu tahun.
Selama tahun 2000, PT. Kharisma Jaya membeli secara kredit bahan baku seharga Rp. 1440. Potongan pembelian-pembelian retur dan pengurangan harga serta transaksi-transaksi lain yang berhubungan dengan pembelian bahan baku diabaikan dalam contoh ini. Berikut merupakan jurnal yang dibuat untuk pembelian tadi, jika dicatat dalam jurnal umum:
(D) Pembelian bahan baku Rp. 1440
(K) Utang dagang Rp, 1440
Jurnal di atas merupakan gabungan transaksi selama satu tahun. Namun pada kenyataannya, pencatatan akan perusahaan lakukan untuk setiap transaksi dalam buku pembelian. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa pembelian bahan baku pada tanggal 31 Desember 2000 akan bersaldo Rp. 1440.
Pemakaian Buruh Langsung
Selama tahun 2000, pembayaran kepada buruh berjumlah Rp. 150. Upah yang masih harus dibayar pada akhir tahun berjumlah Rp. 23. Berikut ini merupakan jurnal yang harus perusahaan buat:
(D) Biaya buruh langsung Rp. 173
(K) Kas/Bank Rp. 150
(K) Biaya yang masih harus dibayar Rp. 23
Sementara itu, upah yang masih harus dibayar dicatat sebagai Jurnal Penyesuaian.
Pemakaian Biaya Pabrikasi
Dalam tahun 2000, biaya pabrik yang dibebankan dalam produksi berjumlah Rp 450. Jumlah ini sudah termasuk jurnal penyesuaian yang diperlukan. Jurnal yang perlu dibuat pada waktu pembelian biaya-biaya tersebut adalah sebagai berikut:
(D) Biaya bahan pembantu Rp. 150
(D) Biaya buruh tidak langsung Rp. 140
(D) Biaya gaji pabrik Rp. 40
(D) Biaya listrik, air, dan telepon pabrik Rp. 37
(D) Biaya perlengkapan-pabrik Rp. 15
(D) Biaya pemeliharaan dan perbaikan pabrik Rp. 50
(D) Biaya asuransi – pabrik Rp. 13
(D) Biaya pabrik lain-lain Rp. 5
(K) Biaya yang masih harus dibayar Rp. 450
Pembayaran biaya yang masih harus dibayar dalam buku pengeluaran kas tidak diperlihatkan dalam contoh ini. Juga pembebanan biaya yang berasal dari pembayaran dimuka, untuk biaya penyusutan, jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
(D) Biaya penyusutan pabrik Rp. 75
(K) Akumulasi penyusutan pabrik Rp. 75
(D) Biaya Penyusutan – pabrik Rp. 9
(D) Biaya Penyusutan – penjualan Rp. 10
(D) Biaya Penyusutan – administrasi & umum Rp. 10
(K) Akumulasi Penyusutan – bangunan Rp. 4
(K) Akumulasi Penyusutan – kendaraan Rp. 20
(K) Akumulasi Penyusutan – peralatan Rp. 5
Amortisasi aset tak berwujud pada pabrik manufaktur
Dalam contoh perusahaan dagang penyusutan dicatat melalui jurnal penyesuaian. Jurnal penyesuaian diatas terdiri dari dua bagian. Penyusutan mesin dibebankan seluruhnya dalam biaya pabrik. Sementara itu penyusutan bangunan, kendaraan dan peralatan (total Rp. 29) dialokasikan ke biaya pabrik, beban penjualan serta administrasi dan umum. Pengalokasian dilakukan berdasarkan penggunaan masing-masing aset tetap.
Dalam perusahaan pabrik terdapat akun aset tak berwujud. Aset tak berwujud adalah aset tetap yang secara fisik tidak nyata. Contoh aset tak berwujud adalah hak paten dan goodwill. Aset tak berwujud, seperti halnya aset tetap, harus disusutkan. Penyusutan untuk aset tak berwujud disebut amortisasi. Amortisasi aset tak berwujud juga dapat dialokasikan ke dalam biaya pabrik, beban penjualan serta beban administrasi dan umum. Berikut adalah jurnal yang perusahaan buat untuk mencatat dan mengalokasikan beban amortisasi:
(D) Biaya Amortisasi – pabrik Rp. 13
(D) Biaya Amortisasi – penjualan Rp. 6
(D) Biaya Amortisasi – Administrasi & umum Rp. 6
(K) Aset tak berwujud Rp. 25
Jurnal Penyesuaian
Jurnal Penyesuaian yang perlu perusahaan buat untuk persediaan bahan baku adalah sebagai berikut:
(A)
(D) Ikhtisar harga pokok produksi Rp. 197
(K) Persediaan bahan baku Rp. 197
(B)
(D) Persediaan bahan baku Rp. 243
(K) Ikhtisar harga pokok produksi Rp. 243
Jurnal penyesuaian (A) berhubungan dengan persediaan awal bahan baku. Jumlah yang tercantum di neraca saldo merupakan saldo awal akun tersebut sehingga jurnal penyesuaian perlu dibuat untuk membebankan saldo awal ini ke harga pokok produksi. Sementara itu jurnal penyesuaian (B) dibuat untuk mengganti saldo akun bahan baku dengan jumlah yang ada pada akhir periode.
Sistem akuntansi yang baik dapat menghasilkan jurnal penyesuaian yang akurat. Dengan begitu, jumlah pemakaian bahan baku pun dapat dihitung. Selanjutnya, perhatikan adanya akun ikhtisar harga pokok produksi. Akun ini seperti halnya ikhtisar laba rugi, akan perusahaan gunakan untuk menutup akun-akun biaya pabrik, pembelian bahan baku serta persediaan bahan baku dan persediaan dalam proses. Dari akun ini dapat dihitung harga pokok produksi.
Hal yang sama dilakukan terhadap persediaan dalam proses. Jurnal penyesuaian yang perlu dibuat adalah sebagai berikut:
(C)
(D) Ikhtisar harga pokok produksi Rp. 15
(K) Persediaan dalam proses Rp. 15
(D)
(D) Persediaan dalam proses Rp. 20
(K) Ikhtisar harga pokok produksi Rp. 20
Jurnal Penyesuaian yang perusahaan buat untuk persediaan barang jadi sama dengan perusahaan dagang, yaitu yang berhubungan dengan jurnal penyesuaian untuk persediaan barang dagang. Jurnal penyesuaian ini membebankan saldo awal persediaan barang jadi ke harga pokok penjualan, sekaligus mengganti saldonya dengan nilai persediaan akhir. Berikut ini adalah contoh dari jurnal penyesuaian:
(E)
(D) Ikhtisar laba rugi Rp. 285
(K) Persediaan barang jadi Rp. 285
(F)
(D) Persediaan barang jadi Rp. 257
(K) Ikhtisar laba rugi Rp. 257
Laporan Harga Pokok Produksi
Laporan ini mencakup laporan harga pokok produksi dan laporan laba rugi. Untuk mengetahui lebih lanjut, simak contoh di bawah ini:
Laporan harga pokok produksi
Tahun berakhir 31 Desember 2000
Persediaan bahan baku :
Persediaan bahan baku, 1 Januari 2000 Rp. 197
Pembelian bahan baku Rp. 1440
Persediaan bahan baku tersedia untuk diproduksi Rp. 1637
Persediaan bahan baku, 31 Desember 2000 (Rp. 243)
Total pemakaian bahan baku Rp. 1394
Biaya buruh langsung Rp. 173
Biaya Pabrikasi :
Biaya bahan pembantu Rp. 150
Biaya buruh tidak langsung Rp. 140
Biaya penyusutan – pabrik Rp. 84
Biaya pemeliharaan & perbaikan – pabrik Rp. 50
Biaya gaji – pabrik Rp. 40
Biaya listrik, telp, air – pabrik Rp. 37
Biaya perlengkapan – pabrik Rp. 15
Biaya asuransi – pabrik Rp. 13
Biaya amortisasi – pabrik Rp. 13
Biaya pabrik lain-lain Rp. 5
Total biaya pabrik Rp. 547
Persediaan dalam proses, 1 Januari 2000 Rp. 2114
Rp. 15
Total biaya produksi Rp. 2129
Persediaan dalam proses, 31 Desember 2000 (Rp) 20
Harga Pokok Produksi Rp. 2109
Laporan laba rugi
Tahun berakhir 31 Desember 2000
Penjualan (neto) Rp. 3022
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan barang jadi, 1 Januari 2000 Rp. 285
Harga pokok produksi Rp. 2190
Persediaan barang jadi tersedia dijual Rp. 2394
Persediaan barang jadi, 31 Desember 2000 (Rp) 257
Harga Pokok Penjualan Rp. 2137
Laba Bruto Rp. 885
Biaya Usaha :
Beban Penjualan :
Biaya iklan dan promosi Rp. 200
Biaya gaji dan upah Rp. 75
Biaya pengiriman Rp. 60
Biaya perlengkapan Rp. 25
Biaya listrik, telp, air Rp. 20
Biaya pemeliharaan & perbaikan Rp. 15
Biaya penyusutan Rp. 10
Biaya asuransi – pabrik Rp. 6
Biaya amortisasi – pabrik Rp. 6
Biaya pabrik lain-lain Rp. 4
Total beban penjualan Rp. 421
Beban Administrasi & Umum :
Biaya gaji dan upah Rp. 90
Biaya listrik, telp, air Rp. 15
Biaya pemeliharaan & perbaikan Rp. 10
Biaya penyusutan Rp. 10
Biaya perlengkapan Rp. 8
Biaya amortisasi – pabrik Rp. 6
Biaya asuransi – pabrik Rp.3
Biaya administrasi lain-lain Rp. 6
Total beban administrasi & umum Rp. 148
Laba Usaha Rp. 316
beban lain – lain (bunga) (Rp) 113
Laba Bersih Rp. 203
Jurnal Penutup
Jurnal penutup pada perusahaan pabrik manufaktur adalah penutupan atas akun – akun yang berhubungan dengan kegiatan produksi. Untuk mengetahui lebih lanjut, perhatikan jurnal penutup di bawah ini:
(D) Ikhtisar harga pokok produksi Rp. 2160
(K) Pembelian bahan baku Rp. 1440
(K) Biaya buruh langsung Rp. 173
(K) Biaya bahan pembantu Rp. 150
(K) Biaya buruh tidak langsung Rp. 140
(K) Biaya gaji Rp. 40
(K) Biaya listrik, telepon, air Rp. 37
(K) Biaya perlengkapan Rp. 15
(K) Biaya pemeliharaan Rp. 50
(K) Biaya asuransi Rp. 13
(K) Biaya penyusutan Rp. 84
(K) Biaya amortisasi Rp. 13
(K) Biaya pabrik lain-lain Rp. 5
Setelah jurnal penutup tersebut, selanjutnya akun – akun biaya pabrik akan bersaldo nol. Sementara itu, akun ikhtisar harga pokok produksi, setelah jurnal penutup di atas, tampak seperti di bawah ini:
Ikhtisar harga pokok produksi
Tanggal Keterangan Debit Kredit Saldo (D) Saldo (K)
2000
Des 31 Peny. persediaan 197 197
bahan baku awal
Peny. persediaan
bahan baku akhir 243 46
Peny. persediaan
dlm proses awal 15 31
Peny. persediaan
dlm proses akhir 20 51
Penutupan biaya pabrik 2160 2190
Saldo debit akun ikhtisar harga pokok produksi sebesar Rp. 2109 merupakan harga pokok barang selesai perusahaan produksi. Jumlah ini kemudian ditutup ke akun ikhtisar laba rugi. Karena itu, jurnal penutup yang akan perusahaan buat adalah:
(D) Ikhtisar laba rugi Rp. 2190
(K) Ikhtisar harga pokok produksi Rp. 2190
Setelah jurnal penutup ini akun ikhtisar harga pokok produksi akan bersaldo nol.
Baca juga: Fungsi dan Contoh Jurnal Penutup dalam Akuntansi Perusahaan
Kesimpulan
Seperti yang sudah dijelaskan setelah mengetahui faktor-faktor penting yang harus ada dalam laporan akuntansi pabrik manufaktur dan melihat gambaran contohnya, tentu akan membuat Anda berpikir dua kali untuk berkecimpung di dunia bisnis pabrik manufaktur. Meskipun terlihat sulit dan pastinya akan menyita banyak waktu, nyatanya pembuatan laporan akuntansi pabrik manufaktur dapat perusahaan lakukan dengan praktis dengan menggunakan accounting software yang terintegrasi.
Sekarang, Anda dapat mengotomatiskan pengelolaan arus kas, pembuatan laporan keuangan, rekonsiliasi bank, jurnal penyesuaian, pembuatan faktur, dan lain-lainnya dengan Sistem Akuntansi Terlengkap dari HashMicro. Dapatkan skema perhitungan harga Sistem Akuntansi HashMicro secara lengkap sekarang, coba demo gratis!