Defective products atau produk cacat merupakan hal yang sering terjadi pada perusahaan manufaktur. Hal ini terjadi karena umumnya sebuah perusahaan tidak dapat membuat seluruh produk secara sempurna. Pada setiap produksi, pasti akan selalu ada produk cacat. Namun, perusahaan manufaktur dapat meminimalkan terjadinya kesalahan pengerjaan dan human error yang mengakibatkan munculnya produk cacat dengan memanfaatkan perkembangan teknologi dan sistem.
Meskipun produk cacat ini akan selalu ada dalam setiap proses produksi, tetapi perusahaan tetap perlu mencegahnya agar tidak bertambah banyak. Jika memproduksi terlalu banyak produk cacat, maka perusahaan bisa saja mengalami kerugian yang besar. Pemanfaatan Hash Manufacturing Software dapat membantu pengelolaan aktivitas produksi secara tepat dan akurat.
Daftar Isi:
Pilih daftar isi
Key Takeaways
|
Apa Itu Defective Products
Defective products adalah adanya kesalahan minor dalam produksi, sehingga produk tidak memenuhi spesifikasi. Dengan kata lain merupakan produk cacat atau tidak sempurna yang terjadi dalam proses produksi.
Meski begitu, jenis produk ini sebenarnya masih bisa perusahaan perbaiki dengan melakukan beberapa langkah, seperti investigasi, scrap, rework (pengerjaan ulang), dan delay produksi. Hal ini memungkinkan produk dengan kesalahan minor ini masih dapat perusahaan masukkan ke dalam penjualan.
Baca Juga: Aplikasi Manufaktur: Pengertian, Fitur, dan Manfaatnya
Dampak dari Defective Products
Dalam proses produksi perusahaan manufaktur, pasti akan selalu ditemukan adanya defective products. Perusahaan manufaktur perlu langkah yang tepat untuk mencegah dampak dari defective products yang dapat merugikan perusahaan. Berikut beberapa dampak dari defective products atau produk cacat dalam perusahaan manufaktur.
-
Mengganggu jadwal produksi
Terdapat beberapa langkah untuk menangani defective products. Misalnya, melakukan pengerjaan ulang, menunda produksi, melakukan penarikan produk dengan kesalahan minor dalam satu batch produksi, investigasi, dan lain sebagainya. Hal ini dapat berdampak pada mundurnya jadwal produksi, karena pekerjaan terbagi untuk menangani defective products tersebut.
Tentu saja hal ini juga akan berpengaruh terhadap bertambahnya jam dan tenaga yang harus dikeluarkan oleh para pekerja. Dalam mengatasi hal ini, perusahaan perlu membuat perencanaan yang matang agar tidak semakin memakan waktu.
Perusahaan dapat menggunakan Sistem Manufaktur untuk memperoleh planning yang tepat dan akurat. Bahkan, penggunaan sistem umumnya juga dapat membantu perusahaan untuk memantau setiap proyek sesuai dengan timeline, sehingga memudahkan dalam pengerjaan banyak proyek.
-
Memungkinkan menurunnya citra perusahaan
Selain berdampak dan memberikan kerugian terhadap waktu, tenaga, dan biaya, defective products ini juga dapat berdampak lebih buruk lagi jika telah sampai ke tangan pelanggan. Hal ini dapat menurunkan tingkat kepuasan pelanggan terhadap produk. Bahkan, citra perusahaan dan kepercayaan pelanggan terhadap produk juga dapat ikut menurun.
-
Menambah biaya produksi
Bukan hanya menambah lama jadwal produksi, defective products juga berdampak pada meningkatnya biaya yang harus perusahaan keluarkan. Penanganan terhadap defective products tentu akan memerlukan biaya pengeluaran yang pasti tidak sedikit.
Biaya pengeluaran ini dapat mencakup biaya proses produksi yang telah perusahaan keluarkan, biaya pengerjaan ulang, dan biaya kerugian terhadap kemasan yang terbuang. Bahkan, jika produk telah sampai ke tangan pelanggan, perusahaan mungkin saja harus menanggung biaya ongkos penarikan, garansi, dan uang kompensasi sebagai upaya ganti rugi atas penarikan produk.
Biaya produksi yang tinggi ini seringkali menjadi kendala bagi perusahaan manufaktur. Untuk meminimalkan biaya produksi yang semakin meningkat, perusahaan dapat memanfaatkan Software Manufaktur yang dapat menyederhanakan seluruh operasional perusahaan manufaktur. Sistem memungkinkan perusahaan untuk mengefisiensikan proses produksi, termasuk produksi ulang dengan penjadwalan dan pemantauan yang akurat, sehingga tidak perlu khawatir terjadi kesalahan.
Baca Juga: Klasifikasi Pengelolaan Manufaktur untuk Pengelolaan Bisnis Anda
Mengatasi Defective Products Sebelum Produksi
Meskipun akan selalu ada, defective products pada dasarnya dapat perusahaan cegah dengan perencanaan secara matang dan teliti sejak awal. Selain itu, perusahaan juga perlu mengatur mesin produksi dengan tepat sebelum dioperasikan untuk mengurangi risiko terjadinya defect. Pihak quality control perlu memastikan mesin-mesin yang akan digunakan tidak bermasalah agar seluruh proses dapat berjalan dengan baik tanpa ada kerusakan yang dapat mengganggu proses produksi.
Dalam tahap ini, quality control juga memegang peranan penting untuk memastikan bahan baku utama yang akan digunakan adalah bahan dengan kualitas terbaik. Perusahaan manufaktur perlu menghindari penggunaan bahan baku yang kualitasnya kurang baik agar proses produksi dapat berjalan dengan maksimal. Dengan begitu, perusahaan tidak perlu kehilangan banyak waktu, tenaga, dan biaya untuk menangani produk dengan kesalahan minor tersebut.
Mengatasi Defective Products pada Proses Produksi
Setelah memastikan bahan baku berkualitas dan mesin beroperasi dengan baik, langkah selanjutnya yang dapat perusahaan lakukan adalah memastikan proses produksi berjalan dengan lancar dan tidak terdapat produk yang cacat. Dalam hal ini, quality control (QC) berperan untuk melakukan pemeriksaan atau inspeksi terhadap produk yang sedang dalam tahap produksi.
Hal yang harus pihak QC lakukan adalah dengan mengambil sampling secara acak pada setiap mesin. Tujuannya agar dapat mengecek apakah ada tidaknya hal yang ‘tidak beres’ dalam proses produksi.
Jika terdapat sampling product yang mengalami kesalahan minor, pihak QC berhak untuk menghentikan proses produksi sementara waktu untuk mencari tahu masalahnya yang terjadi. Jika masalah telah ditemukan dan selesai ditangani, maka proses dapat berjalan kembali.
Selain itu, untuk mengatasi defective products pada proses produksi perusahaan harus mengoptimalkan jadwal produksi. Umumnya, perusahaan menerapkan Sistem Manufaktur untuk mempermudah aktivitas produksi. Dengan sistem, perusahaan dapat mengoptimalkan efektivitas proses produksi dengan manajemen penjadwalan dan perencanaan.
Mengatasi Defective Products Pasca Produksi
Langkah terakhir untuk mengatasi defective products adalah dengan melakukan tes produk pasca produksi. Hal ini bertujuan untuk mencegah produk tidak cacat saat sampai ke tangan pelanggan. Misalnya, perusahaan manufaktur yang memproduksi sepatu dapat melakukan tes produk dengan menggunakan sepatu untuk berjalan dan mengecek apakah terdapat bagian yang masih belum sempurna.
Dengan melakukan tes ini, perusahaan dapat mengetahui jika terdapat masalah-masalah kecil yang masih dapat diperbaiki sebelum tiba ke tangan pembeli. Setiap perusahaan umumnya memiliki cara tersendiri dalam menentukan kelayakan dan kualitas produknya. Dengan begitu, perusahaan dapat menentukan apakah produk dapat masuk ke penjualan dan menghindari respon negatif dari pelanggan.
Baca Juga: Mengenal Work in Progress (WIP) pada Perusahaan Manufaktur
Kesimpulan
Defective products atau produk cacat wajar perusahaan manufaktur temukan dalam setiap proses produksi. Jika terlalu banyak menghasilkan defective products, maka perusahaan dapat mengalami kerugian. Selain menerapkan beberapa cara di atas untuk mengatasi defective products, perusahaan manufaktur juga dapat memanfaatkan Sistem Manufaktur. Dengan bantuan sistem, perusahaan bisa mengelola seluruh aktivitas pada perusahaan manufaktur secara otomatis dan akurat.
Perusahaan dapat dengan mudah mengetahui dan melacak progres setiap proyek hingga permasalahan produksi secara real-time. Dengan begitu, perusahaan dapat meminimalkan kesalahan pengerjaan, sehingga tidak akan menyebabkan biaya produksi semakin membengkak. Untuk mengetahui lebih lanjut, jadwalkan demo gratis sekarang juga!