Metode mengenai pertanian terus berinovasi seiring berkembangannya zaman. Alat bantu dalam bidang pertanian pun juga ikut berkembang dan berinovasi. Hal ini pun semakin memudahkan Anda dalam menjalankan bisnis yang bergerak di bidang pertanian.
Dengan Software Agriculture, Anda dapat mengoptimalkan seluruh operasional agrikultur, seperti pengelolaan lahan, penetapan masa panen, hingga pengelolaan buruh dan karyawan perkebunan dan pertanian di satu sistem.
Sederhanakan kegiatan pertanian dan optimalkan produktivitas agribisnis Anda dalam satu platform yang canggih.
Baca Juga : 4 Fungsi Utama Manajemen Agribisnis dengan Software ERP
Apa Itu Vertical Farming?
Vertical farming atau dalam bahasa indonesia berarti pertanian vertikal adalah salah satu bentuk teknologi dalam bidang agrikultura yang bertujuan untuk mengembangkan tanaman dalam lingkungan ruang yang terkontrol dan tertutup.
Dalam istilah vertical farming ini, Anda akan menanam tanaman dengan penataan secara vertikal pada lapisan yang bertingkat. Penataan tanaman secara vertikal ini dapat menggunakan media seperti dinding atau dapat menggunakan rak susun.
Vertical farming ini adalah salah satu solusi dari permasalahan yang kemungkinan akan terjadi di masa depan. Permasalahan itu terkait kebutuhan pangan dari hasil produksi sektor pertanian.
Karena pada tahun 2045, Badan Pusat Statistika (BPS) memprediksi akan bertambahnya penduduk di Indonesia menjadi sebanyak 319 juta jiwa. Berarti dalam kurun beberapa tahun mendatang akan terjadi peningkatan sebesar 52 juta jiwa, dengan jumlah penduduk saat ini mencapai 26 juta jiwa.
Oleh sebab itu, dengan pertumbuhan penduduk yang kian pesat mengakibatkan pembangunan infrastruktur juga ikut melesat. Terlebih infrastruktur untuk pembangunan area tempat tinggal dan berbagai fasilitas umum penunjang kehidupan.
Dengan pesatnya pembangunan infrastruktur yang terjadi, membuat area untuk kebutuhan pangan seperti sawah dan pertanian semakin berkurang dan berganti dengan infrastruktur lain. Ini membuat vertical farming menjadi solusi yang tepat di masa yang akan datang.
Cara Kerja Vertical Farming
Seperti namanya, vertical farming adalah melakukan pertanian ke atas menggunakan bantuan dari gedung-gedung. Cara kerja vertical farming kurang lebih hampir sama dengan rumah kaca yang disusun ke atas.
Vertical farming ini dapat Anda lakukan di pertengahan kota dengan menggunakan dinding yang terbuat dari plastik yang transparan atau nama lainnya adalah Ethylene Tetrafluoroethylene (ETFE) untuk menggantikan kaca.
Hal ini karena EFTE sifatnya seperti air yaitu transparan sehingga tidak meneruskan cahaya matahari menjadi warna kuning. Dengan menggunakan EFTE pada dinding gedung sangat membantu tumbuhan untuk melakukan fotosintesis.
Fotosintesis adalah hal penting bagi pertumbuhan tanaman, maka intensitas cahaya matahari merupakan salah satu faktor yang harus terukur dalam membangun gedung untuk vertical farming.
Namun di Indonesia, Anda tidak perlu khawatir sebab negara yang dekat di garis khatulistiwa, penanaman tumbuhan nya dapat Anda lakukan di sisi manapun dari gedung karena pencahayaan dan penyerapan cahaya matahari yang maksimal.
Dengan adanya EFTE penyerapan cahaya matahari dari bagian samping gedung pun menjadi lebih mudah. Sedangkan untuk di bagian tengah gedung, dapat melakukan manipulasi cahaya matahari. Dengan demikian bagian tengah gedung mengalami fotosintesis juga.
Pada bagian atap gedung terdapat turbin angin untuk memperoleh sumber tenaga yang berguna untuk menyalakan LED dan memompa air dari bawah tanah. Selain dari turbin angin, sumber tenaga listrik dapat diperoleh dari panel surya yang dapat Anda modifikasi untuk diletakkan di sisi gedung.
Berbeda dengan rumah kaca pada umumnya, media tanam yang terdapat dalam vertical farming adalah air. Sehingga tumbuhan ditanam dengan metode hidroponik dan lain-lain. Hal ini karena berat tanah lebih besar daripada berat air.
Penggunaan tanah pada vertical farming tentu saja akan memberikan tekanan yang sangat berat pada tanah yang menopang gedung tersebut. Untuk itu, maka penggunaan air sangat penting sebagai pengganti media tanam tanah. Penggunaan air pun lebih efektif karena dapat terdaur ulang.
Perkembangan Vertical Farming di Indonesia
Kota-kota besar di berbagai negara seperti Belanda, Inggris, China, Korea Selata, Jepang, Italia, Singapura, dan lain-lain telah menerapkan vertical farming. Namun di Indonesia sendiri, istilah vertical farming masih terlalu asing. Para petani di Indonesia lebih paham dengan istilah indoor farming.
Ada pula yang menamainya urban farming, walaupun sebenarnya urban dan vertical farming merupakan dua hal yang berbeda. Umumnya, masyarakat dan petani di Indonesia sadar akan keberadaan dari vertical farming, namun belum banyak yang melakukan dan merasakan manfaatnya.
Masyarakat Indonesia memang masih sulit untuk menerima dan berlatih hal baru, terlebih manfaatnya sendiri belum terlihat secara langsung. Masyarakat di Indonesia juga masih memandang vertical farming sebagai hobi belaka, terutama bagi yang sudah cukup ilmu dan uang untuk mewujudkannya.
Oleh karena itu, pentingnya edukasi masyarakat dan petani di Indonesia akan pentingnya vertical farming. Dengan melakukan edukasi petani dan masyarakat di Indonesia sadar akan masalah kedepan yang akan terjadi serta manfaat-manfaat dari vertical farming itu sendiri karena ini semua menyangkut keberlangsungan masa depan bangsa Indonesia dalam menghadapi kenaikan jumlah penduduk.
Jenis-jenis Vertical Farming
Untuk memahami dengan baik mengenai vertical farming, ada baiknya Anda mengetahui berbagai jenis vertical farming yang ada. Berikut penjelasan jenis vertical farming untuk Anda.
1. Pertanian Berbasis Bangunan
Ide mengenai jenis ini datang dari seorang arsitek bernama Ken Yeang. Yeang mengusulkan bahwa daripada bertani secara massal yang tertutup rapat, kehidupan tanaman harus budidayakan di udara terbuka, gedung pencakar langit untuk kontrol iklim dan konsumsi. Jenis vertical farming ini berdasarkan pada penggunaan pribadi atau komunitas daripada produksi grosir dan distribusi yang bercita-cita untuk memberi makan seluruh kota.
Vertical farming jenis ini sudah banyak terdapat di pertanian Chicago dengan memanfaatkan bangunan tua yang sudah terbengkalai. Namun, ada juga perusahaan yang bernama “Vertical Harvest” yang sudah membangun rumah kaca hidroponik setinggi tiga lantai yang bertujuan untuk menumbuhkan 100.000 pon produk setiap tahunnya.
2. Gedung Pencakar Langit Despommier
Ide ini pertama kali dipaparkan oleh ekolog bernama Dickson Despommier, ia berpendapat bahwa pertanian vertikal sah untuk alasan lingkungan. Dia mengklaim bahwa dengan membudidayakan kehidupan tanaman dalam gedung pencakar langit maka akan membutuhkan energi yang sedikit dan menghasilkan lebih sedikit polusi daripada beberapa metode yang lainnya.
Despommier percaya bahwa dengan beralih ke pertanian vertikal maka lahan pertanian akan kembali ke aslinya (yaitu hutan) dan akan membantu meminimalisir dampak perubahan iklim.
Dia juga mengklaim bahwa bentang alam terlalu beracun untuk produksi pertanian alami. Pertanian vertikal akan menghilangkan beberapa risiko parasit yang terkait dengan pertanian.
3. Pertanian Berbasis Peti Kemas
Beberapa perusahaan telah melakukan dan mengembangkan penumpukan peti kemas daur ulang untuk pengaturan perkotaan. Salah satunya adalah perusahaan Brighterside Consulting menciptakan sistem peti kemas off-grid yang lengkap.
Lalu, ada perusahaan Freight Farms yang menghasilkan “mesin hijau berdaun” yaitu sistem pertanian-ke-meja dengan fitur hidroponik vertikal, pencahayaan LED dan kontrol iklim intuitif yang berada pada peti kemas 12 m x 2,4 m. Di Atlanta, perusahan Podponics membangun pertanian vertikal yang terdiri atas lebih dari 100 “Growpods” yang bertumpuk.
4. Pertanian Bawah Tanah
Vertical farming jenis ini terbuat di lubang tambang yang sudah tak terpakai lagi, oleh karena itu disebut juga “pertanian dalam”, dengan memanfaatkan keuntungan dari suhu dan lokasi bawah tanah yang konsisten di daerah perkotaan.
Jenis pertanian ini pertama kali diusulkan oleh perusahaan bernama “Growing Underground” asal inggris. Mereka menanam sayuran hijau pertama kali di tempat perlindungan bom Perang Dunia II yang dalamnya mencapai 33 meter.
Baca Juga : Pentingnya Perkebunan Karet Menggunakan Software Akuntansi untuk Mengelola Sistem Bagi Hasil
Metode Penerapan Vertical Farming
Dalam penerapan vertical farming, ada beberapa metode yang harus Anda ketahui. Setiap metode ini memiliki cara penanganannya yang berbeda. Metode tersebut dapat teridentifikasi berdasarkan dari cara penanganan, teknik menanam, penggunaan air, dan lain-lain.
Penting bagi pebisnis untuk mengetahui metode mana yang paling tepat untuk usaha bisnisnya agar tidak salah dalam melakukan penanganan. Oleh karena itu, berikut penjelasannya untuk Anda.
1. Hidroponik
Hidroponik adalah teknik menanam tanaman tanpa tanah. Dalam sistem ini, akar tanaman akan terendam dengan larutan cair yang mengandung unsur-unsur seperti nitrogen, fosfor, sulfur, kalium, kalsium, dan magnesium. Selain itu, bahan-bahan pengganti tanah seperti kerikil, pasir, dan serbuk gergaji berguna untuk memberikan dukungan bagi akar.
Keuntungan dari sistem hidroponik adalah meningkatkan hasil per area dan mengurangi penggunaan air. Sebuah penelitian telah menunjukkan bahwa, dibandingkan dengan pertanian konvensional, pertanian hidroponik dapat meningkatkan hasil selada per area sekitar 11 kali sementara membutuhkan air 13 kali lebih sedikit. Oleh sebab itu, karena banyak keunggulan dari metode hidroponik jadinya metode ini banyak digunakan dalam vertical farming.
2. Akuaponik
Istilah akuaponik berasal dari dua kata yaitu akuakultur yang mengacu pada budidaya ikan, dan hidroponik yang berarti teknik menanam tanpa tanah. Akuaponik adalah sistem yang selangkah lebih maju dari hidroponik karena mengintegrasikan produksi tanaman darat dengan produksi organisme akuatik dalam sistem tertutup yang bertujuan agar menyerupai alam.
Sistem dari akuaponik adalah tanaman akan mengkonsumsi karbon dioksida yang bersumber dari ikan, dan air di tangki ikan mendapatkan panas dan membantu rumah kaca mempertahankan suhu di malam hari untuk menghemat energi.
Karena sebagian besar sistem pertanian vertikal komersial fokus pada menghasilkan beberapa tanaman sayuran yang tumbuh cepat, akuaponik yang juga mencakup komponen akuakultur, saat ini tidak banyak digunakan sebagai hidroponik konvensional.
3. Aeroponik
Ditemukan oleh pertama kali oleh NASA untuk menemukan cara yang efisien untuk menumbuhkan tanaman di ruang angkasa pada tahun 1990-an. Aeroponik tidak memerlukan media cair atau padat untuk menumbuhkan tanaman, tidak seperti hidroponik dan akuaponik. Sebagai gantinya, larutan cair dengan nutrisi lebur di ruangan udara di tempat tanaman tergantung.
Aeroponik adalah teknik pertumbuhan tanah yang paling berkelanjutan,karena menggunakan air hingga 90% lebih sedikit daripada sistem hidroponik konvensional yang paling efisien dan tidak memerlukan penggantian media tanam. Namun, saat ini sistem aeroponik belum banyak orang yang mengetahui dan masih sedikit yang menerapkannya pada pertanian vertikal, tetapi sistem ini mulai menarik perhatian yang signifikan.
4. Pertanian Lingkungan Terkendali
Pertanian lingkungan terkendali adalah modifikasi dari lingkungan alami untuk meningkatkan hasil panen atau memperpanjang musim tanam. Sistem ini biasanya terletak dalam struktur tertutup seperti rumah kaca atau bangunan, di mana kontrol dapat dilakukan pada faktor lingkungan termasuk udara, suhu, cahaya, air, kelembaban, karbon dioksida, dan nutrisi tanaman. Dalam sistem pertanian vertikal, CEA sering digunakan bersama dengan teknik pertanian tak bertanah seperti hidroponik, akuaponik, dan aeroponik.
Kelebihan Vertical Farming Sebagai Sistem Pertanian modern di Indonesia
Sebagai salah satu sistem pertanian yang lumayan baru, masih banyak yang tidak mengetahui manfaat-manfaat dari sistem vertical farming itu sendiri. Sistem pertanian modern ini banyak sekali manfaatnya untuk negara Indonesia di masa yang akan datang. Oleh karena itu, berikut penjelasannya untuk Anda.
1. Persiapan untuk Masa Depan
Pada tahun 2050, sekitar 68% dari populasi dunia akan tinggal di daerah perkotaan, dan pertumbuhan populasi akan mengarah pada peningkatan permintaan akan makanan. Terlebih di Indonesia yang jumlah masyarakatnya menduduki peringkat 4 dunia. Oleh sebab itu, penggunaan pertanian vertikal yang efisien merupakan faktor yang berperan penting dalam mempersiapkan tantangan semacam itu.
2. Peningkatan dan Produksi Tanaman Sepanjang Tahun
Pertanian vertikal memungkinkan Anda untuk menghasilkan lebih banyak tanaman dari persegi yang sama dari area pertumbuhan. Faktanya, 1 hektar area dalam ruangan dapat memproduksi setara dengan setidaknya 4-6 hektar kapasitas luar ruangan.
Menurut perhitungan, bangunan 30 lantai dengan luas basal 5 hektar berpotensi menghasilkan setara dengan 2.400 hektar pertanian horizontal konvensional. Selain itu, produksi tanaman sepanjang tahun dapat terjadi di lingkungan dalam ruangan yang terkendali sepenuhnya oleh teknologi pertanian vertikal.
3. Lebih sedikit Penggunaan Air dalam Bertanam
Pertanian vertikal memungkinkan kita untuk menghasilkan tanaman dengan air 70% hingga 95% lebih sedikit daripada kebutuhan untuk menanam secara normal. Hal ini juga berpengaruh dalam meminimalisir pengeluaran Anda untuk air sehingga Anda dapat lebih menghemat biaya.
4. Tidak Terpengaruh oleh Kondisi Cuaca yang Tidak Menguntungkan
Tanaman di ladang dapat terpengaruh secara negatif oleh bencana alam seperti hujan lebat, siklon, banjir atau kekeringan parah, peristiwa yang menjadi semakin umum sebagai akibat dari pemanasan global. Pertanian vertikal dalam ruangan cenderung tidak merasakan beban dari cuaca yang tidak menguntungkan, memberikan kepastian hasil panen yang lebih besar sepanjang tahun.
5. Peningkatan Produksi Tanaman Organik
Karena tanaman diproduksi di lingkungan dalam ruangan yang terkontrol dengan baik tanpa menggunakan pestisida kimia, pertanian vertikal memungkinkan kita untuk menanam tanaman bebas pestisida dan organik.
6. Ramah Manusia dan Lingkungan
Pertanian vertikal dalam ruangan dapat secara signifikan mengurangi bahaya pekerjaan yang terkait dengan pertanian tradisional. Petani tidak terpapar bahaya yang berkaitan dengan alat berat, penyakit seperti malaria, bahan kimia beracun dan sebagainya. Karena tidak mengganggu hewan dan pohon di daerah pedalaman, itu baik untuk keanekaragaman hayati juga.
Vertical Farming Sebagai Masa Depan Sistem Pertanian Modern di Indonesia
Penerapan vertical farming masih terbatas pada negara maju dengan penguasaan teknologi yang canggih seperti Singapura dan Korea Selatan. Teknologi ini bermanfaat untuk membantu proses penanaman karena dalam proses tersebut membutuhkan pencahayaan buatan yang mirip dengan matahari serta pengaturan suhu, khususnya pada musim dingin agar panen masih tetap berjalan sepanjang tahun.
Padahal, vertical farming sangat cocok untuk di negara tropis seperti di Indonesia karena dengan matahari yang bersinar sepanjang tahun, suhu udara serta kelembaban yang cukup stabil, tentu akan lebih menghemat energi maupun biaya produksi dari vertical farming.
Terlebih pada tahun 2045 Indonesia mengalami bonus demografi, hal ini membuat angka kebutuhan pangan semakin meningkat. Namun, faktor tersebut tidak seimbang dengan area penghasil pangan kita yang semakin lama semakin berkurang karena pembuatan infrastruktur dalam menunjang kehidupan masyarakat.
Faktor-faktor tersebut menjadikan vertical farming sebagai solusi masa depan sistem pertanian modern di Indonesia. Anda tidak perlu memerlukan lagi area yang luas atau cuaca yang bagus untuk bertanam karena dengan adanya sistem ini membuat Anda bisa dengan mudah mengontrol segalanya tidak seperti pertanian tradisional.
Kesimpulan
Vertical farming adalah sistem pertanian yang modern dan lebih efisien ketimbang sistem pertanian tradisional. Hal ini karena pada sistem vertical farming Anda tidak perlu menggunakan area yang besar tidak seperti pertanian tradisional karena vertical farming biasanya menggunakan gedung yang menjulang ke atas.
Vertical farming dapat menjadi solusi yang tepat untuk menghadapi permasalahan di masa depan karena pada tahun 2045 Indonesia mengalami bonus demografi, hal ini membuat angka kebutuhan pangan semakin meningkat.
Untuk itu, masyarakat di Indonesia atau para pelaku bisnis di bidang pangan sudah harus sadar terhadap manfaat dari Vertical Farming. Walaupun terlihat kompleks, namun Anda bisa termudahkan oleh teknologi-teknologi yang mendukung kegiatan agribisnis.
Salah satunya adalah HashMicro yang menyediakan Software Hash Agriculture yang dapat mengoptimalkan seluruh operasional agrikultur, seperti pengelolaan lahan, penetapan masa panen, hingga pengolahan buruh dan karyawan perkebunan dan pertanian di satu sistem.