Di tengah perkembangan bisnis modern, Anda pasti sudah menyadari bagaimana era digital telah mengubah cara konsumen berbelanja. Seiring waktu, konsumen mulai beralih dari berbelanja di store fisik ke berbelanja online, menikmati kenyamanan memesan dari rumah dengan barang langsung diantar ke depan pintu mereka.
Hal ini juga didukung oleh data dari Statista, yang menunjukkan adanya lonjakan kepercayaan konsumen dalam e-commerce, dengan industri ritel global mencatat peningkatan penjualan online hingga 17%.
Sebagai pebisnis, adaptasi menjadi kata kunci. Tanpa pendekatan yang tepat dan strategi efektif, kesuksesan di era digital akan sulit Anda raih. Memang, banyak perusahaan jasa dan retail besar telah melihat pentingnya integrasi antara online dan offline, seperti dengan pendekatan omnichannel retail, O2O, ataupun multichannel.
Namun, kendalanya adalah bagaimana menjalankannya dengan efektif.
Sejumlah perusahaan menghadapi hambatan, mulai dari proses bisnis yang belum sepenuhnya terintegrasi, keterbatasan sumber daya yang bisa mengikuti zaman, hingga teknologi yang belum memadai.
Apa dampaknya? Alih-alih meraih kesuksesan, perusahaan retail bahkan malah mengalami berbagai masalah di belakang layar yang berujung pada kerugian.
Maka dalam artikel ini, kita akan mendalaminya bersama, membahas studi kasus dari beberapa perusahaan ritel terkemuka, mengidentifikasi kesalahan umum, dampaknya, dan menawarkan solusi agar bisnis Anda tetap kompetitif di era digital.
Key Takeaways
|
Belajar dari Studi Kasus Perusahaan Besar di Sektor Retail Indonesia dan Global
Sebelum kita menjelajah lebih dalam, mari kita lihat beberapa contoh nyata dari perusahaan besar di sektor retail. Ini termasuk perusahaan omnichannel retail di Indonesia dan perusahaan dengan jangkauan global. Kita akan melihat bagaimana mereka berhasil menyesuaikan diri dengan perubahan di era digital, di mana perilaku konsumen berubah-ubah.
Melalui rintangan dan kisah sukses yang mereka hadapi, Anda akan mendapatkan wawasan tentang strategi yang efektif dan langkah-langkah yang perlu Anda hindari agar bisnis Anda dapat berkembang di masa depan.
The Goods Dept
Salah satu perusahaan ritel ternama di Indonesia, The Goods Dept, pernah menghadapi tantangan yang cukup serius terkait masalah kehilangan stok yang sering terjadi. Tantangan ini telah berdampak besar pada kesehatan keuangan perusahaan, dengan menyebabkan penurunan laba dan manajemen stok yang kurang optimal.
Menindaklanjuti permasalahan ini, dalam laporan dari detikfinance, CEO The Goods Dept, Ruby Sjabana, mengungkapkan bahwa perusahaan terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal sebagai respon terhadap permasalahan tersebut.
Keputusan ini beliau ambil karena perusahaan kesulitan untuk dengan jelas mengidentifikasi karyawan yang terlibat dalam kesalahan yang berulang terkait kehilangan stok barang. Tindakan ini merupakan hasil dari penyelidikan internal yang telah dilakukan oleh perusahaan untuk mengatasi permasalahan yang berulang tersebut.
Melalui analisis kami, kami mengidentifikasi beberapa masalah kunci yang The Goods Dept hadapi, yaitu:
- Proses procurement atau pengadaan barang masih belum terorganisir dengan baik. Ini mengakibatkan potensi perbedaan antara catatan dalam laporan dan jumlah barang yang tiba di perusahaan. Kendala ini mungkin disebabkan oleh kurangnya sistem analisis tiga cara (3 way matching) yang memastikan kesesuaian jumlah barang yang dipesan, diterima, dan tercatat.
- Tidak adanya tata kelola yang rapi dalam manajemen stok barang di berbagai saluran penjualan, baik secara online maupun offline, dapat menyebabkan barang hilang karena pencatatan yang tidak akurat. Ini juga mungkin terkait dengan ketiadaan sistem yang secara otomatis menyinkronkan jumlah stok di berbagai saluran.
- Proses penghitungan stok fisik (stock opname) masih dilakukan secara manual atau belum mengadopsi teknologi seperti sistem barcode atau RFID (Radio Frequency Identification). Hal ini meningkatkan risiko kesalahan manusia dan menghasilkan data stok yang tidak akurat.
Dari studi kasus ini, kita dapat menyimpulkan bahwa The Goods Dept memerlukan adaptasi teknologi dalam konteks omnichannel retail yang signifikan untuk mengurangi tingkat kesalahan dalam pencatatan stok, seperti melalui implementasi ERP yang mencakup sistem pembelian, inventaris, dan manajemen gudang (warehouse).
Selain mengoptimalkan pencatatan stok, kehadiran sistem yang tepat juga memungkinkan perusahaan untuk melacak secara rinci siapa yang bertanggung jawab atas tugas tertentu, sehingga membantu mencegah kasus PHK massal ini.
Selanjutnya, mari kita tinjau perusahaan ritel lokal lainnya yang mengalami kesulitan dalam menerapkan strategi bisnis omnichannel.
Ramayana Lestari Sentosa
Ramayana Lestari Sentosa, yang lebih Anda kenal sebagai Ramayana, telah menjadi salah satu department store ikonik di Indonesia selama beberapa dekade. Namun, dengan perubahan pola konsumen di era digital, bisnis Ramayana menghadapi tantangan yang berubah.
Menurut informasi dari Kumparan, Ramayana tetap berfokus pada penjualan di store fisik (offline), meskipun kemudian memutuskan untuk memasuki pasar online melalui e-commerce dan situs web mereka sendiri. Namun, integrasi penjualan di berbagai kanal online ini masih terasa belum optimal oleh sebagian besar pelanggan.
Berdasarkan analisis internal kami, Ramayana mungkin menghadapi beberapa masalah, termasuk:
- Kesulitan mengintegrasikan bisnis mereka secara efektif antara store fisik dan platform online. Hal ini dapat mengakibatkan perbedaan dalam penawaran diskon antara store fisik dan online, serta masalah terkait integrasi stok di berbagai kanal online yang mungkin terabaikan, terutama jika dilakukan secara manual.
- Perusahaan belum memiliki sistem yang memadai untuk mengkoordinasikan layanan pengiriman ke rumah (home delivery), yang dapat memengaruhi pengalaman berbelanja pelanggan, baik yang baru maupun yang sudah menjadi pelanggan setia Ramayana.
Dengan demikian, kami merekomendasikan Ramayana untuk lebih memperhatikan perkembangan digitalisasi dalam industri ritel dan untuk meningkatkan manajemen omnichannel mereka serta mengadopsi sistem integrasi data yang lebih canggih dengan dukungan teknologi yang memadai. Harapannya, tindakan ini dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dan, akhirnya, meningkatkan penjualan di berbagai toko Ramayana.
Selanjutnya, mari kita lihat contoh studi kasus dari perusahaan global yang telah memperluas operasional bisnisnya di industri ritel Indonesia.
Gap
Gap Inc., sebuah perusahaan ritel besar, menghadapi serangkaian tantangan yang signifikan terkait manajemen persediaan produknya. Berdasarkan informasi dari ModernRetail, dalam upaya mengatasi situasi ini, perusahaan telah mengumumkan rencana untuk meningkatkan penawaran potongan harga dan diskon, meskipun hal ini berdampak pada margin keuntungan mereka.
Berdasarkan analisis kami, beberapa tantangan yang Gap hadapi meliputi:
- Gap mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi produk-produk fast/slow-moving, serta menghadapi masalah persediaan yang overstock maupun understock. Hal ini mungkin terjadi karena oleh sistem manajemen inventaris yang masih manual dan belum memiliki laporan yang komprehensif mengenai penjualan produk, yang menjadikan perusahaan kesulitan dalam mengambil keputusan strategis yang tepat terkait persediaan.
- Gap tampaknya menawarkan diskon yang besar-besaran tanpa penyesuaian berdasarkan data penjualan, karena kurangnya informasi mengenai produk mana yang paling diminati oleh konsumen. Hal ini juga bisa menunjukkan bahwa Gap belum mampu mengidentifikasi preferensi konsumen dengan baik, yang mengakibatkan kesulitan dalam menentukan produk mana yang harus dijual lebih banyak di lokasi tertentu.
Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, sangat penting bagi Gap untuk mengadopsi teknologi dengan fitur yang lengkap, termasuk pelaporan komprehensif secara otomatis terkait penjualan berdasarkan cabang atau produk-produk teratas.
Integrasi sistem yang memungkinkan analisis preferensi konsumen juga akan menjadi kunci sukses dalam konteks bisnis omnichannel retail. Dengan demikian, laporan keuangan Gap dalam bisnis omnichannel retail dapat pulih sepenuhnya, dan perusahaan dapat lebih optimal dalam mengelola biaya serta mengoptimalkan manajemen persediaan mereka dalam bisnis omnichannel retail.
H&M
H&M, sebagai salah satu pemain terbesar dalam industri fashion global, menghadapi tantangan penting untuk menjaga konsistensi pengalaman pelanggan di berbagai platform penjualan, termasuk cabang fisik dan online. Store fisik H&M terkenal dengan pengalaman uniknya yang melibatkan dekorasi menarik, musik yang menyenangkan, dan penawaran promosi eksklusif.
Namun, di era digital yang berkembang pesat, tantangan muncul ketika pelanggan mencari pengalaman serupa saat berbelanja online. Menurut ProductReview.com.au, perbedaan dalam penawaran promosi antara kedua saluran dapat mengecewakan pelanggan dan menciptakan persepsi inkonsistensi dalam layanan.
Berdasarkan analisis yang kami lakukan, H&M menghadapi beberapa tantangan utama, termasuk:
- H&M tampaknya menghadapi kesulitan dalam mengimplementasikan strategi omnichannel secara optimal karena belum berhasil menyamakan pricelist barang di antara cabang fisik dan platform online mereka. Hal ini dapat mencakup perubahan harga yang tidak konsisten di kedua saluran tersebut, seperti pengaruh perubahan bahan baku yang mungkin memengaruhi markup/down pada suatu produk, tetapi tidak diterapkan secara seragam di semua branch.
- Perusahaan juga menghadapi kendala dalam mengintegrasikan manajemen promosi dan diskon di seluruh cabang, sehingga sulit untuk menyatukan dan mengkoordinasikan promosi dan diskon yang berlaku di seluruh lokasi.
Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, ada peluang besar bagi H&M untuk mengintegrasikan data, strategi promosi, dan branding di seluruh saluran penjualan mereka melalui sistem yang mendukung. Salah satu solusi dapat berupa sistem POS terpusat yang memungkinkan perusahaan untuk mengubah harga dan promosi secara otomatis dan konsisten di seluruh jaringan toko mereka.
Dengan adanya integrasi ini, H&M dapat meningkatkan kepuasan pelanggan, menciptakan pengalaman yang lebih seragam di semua saluran penjualan, dan memperkuat posisinya di pasar yang sangat kompetitif.
Selanjutnya, mari kita lihat contoh perusahaan ritel dari luar negeri yang belum memiliki cabang di Indonesia.
Walmart
Walmart, sebagai salah satu perusahaan ritel terbesar di dunia, memiliki komitmen untuk menyediakan harga rendah kepada jutaan pelanggan melalui store fisik dan platform online mereka. Namun, permasalahan utama yang mereka hadapi adalah ketidaksesuaian harga antara platform online dan cabang fisik mereka.
Berdasarkan ulasan yang kami temukan di platform Trustpilot dan analisis yang telah kami lakukan, Walmart menghadapi beberapa masalah kunci, termasuk:
- Walmart menghadapi kesulitan dalam menyamakan data harga secara otomatis di antara saluran penjualan mereka. Hal ini dapat mengecewakan pelanggan yang mengharapkan kesesuaian harga di seluruh saluran, baik cabang fisik maupun online.
- Proses pelaporan perubahan harga yang kurang efisien, kemungkinan karena masih dilakukan secara manual dan tidak otomatis, berpotensi menimbulkan risiko kesalahan manusia dan menghabiskan lebih banyak waktu. Hal ini dapat mempengaruhi respons cepat terhadap perubahan harga yang dibutuhkan dalam lingkungan ritel yang kompetitif.
Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, Walmart perlu mempertimbangkan penggunaan sistem yang dapat mengelola dan menyelaraskan harga di seluruh saluran penjualan mereka secara otomatis. Dengan cara ini, Walmart dapat menjaga konsistensi harga di semua platform mereka, menjaga kepercayaan pelanggan, dan mempertahankan posisi mereka sebagai salah satu pemain utama dalam industri ritel global.
Walaupun ada banyak perusahaan ritel yang menghadapi berbagai masalah, ada juga yang berhasil mengatasi tantangan-tantangan tersebut. Mari kita lihat contoh perusahaan ritel yang berhasil mengatasi masalah yang mereka hadapi.
Sephora
Sephora, perusahaan raksasa dalam industri kecantikan global, terkenal bukan hanya karena produk berkualitas tinggi yang mereka tawarkan, tetapi juga karena pendekatan inovatif mereka dalam meningkatkan pengalaman berbelanja pelanggan. Dalam era di mana data menjadi aset berharga, Sephora telah berhasil memanfaatkan data pelanggan dari saluran online dan offline untuk menciptakan pengalaman berbelanja yang personal dan unik.
Namun, sebelum mencapai kesuksesan yang mereka nikmati saat ini, Sephora menghadapi sejumlah kendala dalam proses penjualan mereka. Beberapa kendala tersebut, seperti yang dilaporkan dalam eTailWest, mencakup:
- Sephora tidak memiliki pemahaman yang jelas tentang preferensi pelanggan, yang mengakibatkan ketidakjelasan dalam pemahaman tentang preferensi pelanggan.
- Saat mayoritas konsumen beralih ke berbelanja online, terutama melalui ponsel mereka, Sephora menghadapi kesulitan dalam mengelola data terintegrasi dengan aplikasi mobile mereka.
Meskipun demikian, Sephora berhasil mengatasi kendala-kendala ini dengan menerapkan strategi omnichannel retail yang tepat, didukung oleh penggunaan software omnichannel terintegrasi.
Hal ini memungkinkan pengumpulan data riwayat pembelian pelanggan yang komprehensif di berbagai channel, sehingga mampu memberikan laporan otomatis tentang produk-produk favorit atau sering dibeli oleh pelanggan. Data ini memungkinkan Sephora untuk memberikan rekomendasi produk yang sesuai dengan preferensi pelanggan untuk pembelian selanjutnya.
Tahukah Anda?
Permasalahan Umum yang Sering Terjadi di Perusahaan Retail
Setelah melihat contoh kasus di atas, kita dapat mengidentifikasi sejumlah tantangan yang dihadapi oleh bisnis ritel yang menggunakan strategi omnichannel retail secara lebih menyeluruh. Sekarang, kita akan merangkum secara lengkap masalah-masalah tersebut dan dampaknya terhadap kelangsungan bisnis ritel Anda.
Kendala dalam Manajemen dan Operasional dari Cabang Offline
Manajemen data dan operasional merupakan aspek yang krusial dalam bisnis, terutama ketika berbicara tentang store offline dan online. Pada saat mengelola store fisik atau offline, perusahaan ritel omnichannel sering menghadapi tantangan besar dalam mengatur jadwal kerja, shifting, mengelola operasional gudang, pelacakan stok barang, dan bahkan mengintegrasikan inventaris dengan sistem penjualan dan akuntansi.
Di sisi lain, ketika berurusan dengan cabang store online, masalah lainnya muncul, seperti mencocokkan stok antara cabang offline yang pelanggan telah pilih, proses audit yang masih manual, pengelolaan pengiriman yang semakin rumit, dan manajemen operasional gudang yang memerlukan presisi.
Dampak dari masalah-masalah tersebut bisa sangat merugikan bagi perusahaan ritel, karena mengganggu kelancaran rantai pasokan dan menyebabkan kehilangan peluang penjualan.
Penetapan Harga dan Materi Promosi yang Sulit
Sulitnya mengelola promosi secara masal di berbagai saluran penjualan, seperti di cabang fisik dan platform online, adalah salah satu permasalahan yang seringkali bisnis ritel hadapi. Perbedaan dalam tata kelola promosi, strategi harga yang berbeda, dan pelaksanaan diskon atau penawaran khusus di setiap saluran bisa menyulitkan manajemen promosi secara efisien.
Hal ini tentunya bisa menyebabkan kebingungan di kalangan pelanggan yang ingin memanfaatkan promosi di berbagai saluran penjualan, dan ketidaksesuaian dalam promosi ini bisa memengaruhi keputusan pembelian pelanggan yang dapat berakhir pada lost opportunity karena pelanggan tidak jadi membeli produknya karena perbedaan harga tersebut..
Kesulitan untuk Menaikan Retensi Pelanggan Baik Berbelanja Secara Offline Maupun Online
Menjaga pelanggan yang sudah ada adalah tantangan tersendiri. Merawat hubungan dengan pelanggan yang sudah kita miliki merupakan tugas yang tak kalah penting dari mendapatkan pelanggan atau mengubah prospek menjadi pelanggan tetap. Perusahaan omnichannel retail tentunya harus berupaya keras untuk mempertahankan mereka.
Tahukah Anda?
Tidak Mampu Memantau Performa Branches/Cabang Secara Real-Time
Dalam bisnis ritel yang memiliki beberapa cabang atau gerai, memiliki visibilitas yang akurat dan cepat terhadap kinerja masing-masing cabang sangatlah penting.
Namun, masalahnya adalah cabang-cabang tersebut seringkali menggunakan sistem yang terpisah atau tidak terintegrasi dengan baik, sehingga sulit untuk memantau penjualan, stok barang, atau kinerja karyawan secara efisien secara real-time.
Ketidakmampuan untuk melacak performa cabang-cabang ini secara akurat dapat menghambat pengambilan keputusan yang cepat dan tepat, serta menghambat kemampuan perusahaan untuk merespons perubahan pasar dengan cepat.
Menghabiskan Banyak Waktu dalam Menyesuaikan Data Stok & Penjualan yang Kompleks dari Marketplace Maupun Offline Store
Ketidaksesuaian data stok muncul ketika perusahaan mengoperasikan store fisik dan platform online secara bersamaan dalam konteks omnichannel retail, tetapi kesulitan dalam mencocokan jumlah stok yang tersedia di dua saluran penjualan tersebut. Akibatnya, perusahaan dapat mengalami masalah dalam mengelola persediaan dan mengkoordinasikan pengiriman produk kepada pelanggan.
Masalah ini juga dapat berdampak pada kepuasan pelanggan dalam konteks omnichannel retail karena produk yang mereka pesan mungkin tidak tersedia atau pengiriman terlambat. Selain itu, kurangnya keselarasan antara stok offline dan omnichannel marketplace dalam konteks omnichannel retail dapat mengganggu efisiensi operasional perusahaan dan menghambat pertumbuhan bisnis secara keseluruhan.
Adapun masalah lainnya yang juga dialami oleh perusahaan retail lain yang juga menerapkan strategi omnichannel retailing, yaitu:
Tidak Ada Sistem untuk Mengelola Operasional untuk Mendukung Layanan Home Delivery
Ketika sebuah perusahaan ritel memiliki beberapa cabang yang melayani pelanggan secara lokal, koordinasi pengiriman ke rumah (home delivery) dan pengaturan urutan pengirimannya menjadi tantangan yang signifikan.
Perusahaan perlu memastikan bahwa pesanan pelanggan diproses dengan cepat dan efisien, sehingga barang dapat sampai ke pelanggan dalam waktu yang sesuai. Namun, di satu sisi perusahaan juga harus memastikan bahwa urutan pengiriman barang memang sudah sesuai agar proses pengiriman barang berjalan optimal.
Namun, dengan banyak cabang yang terlibat, mengatur urutan pengiriman dan memastikan pengiriman yang tepat waktu bisa menjadi rumit. Lalu, kesalahan dalam urutan pengiriman atau keterlambatan pengiriman dapat mengakibatkan ketidakpuasan pelanggan dan berpotensi merusak reputasi perusahaan.
Lalu, Apa Solusinya?
Sekarang, Anda pastinya sudah tahu bahwa implementasi strategi omnichannel retail atau O2O saja tidak cukup. Masalah-masalah masih muncul, terutama karena ketika semuanya Anda lakukan secara manual, risiko kesalahan manusia menjadi tinggi.
Maka dari itu, kesalahan-kesalahan kecil bisa berdampak besar pada hasil akhir dan reputasi perusahaan Anda. Jadi, apa solusinya? Anda butuh sesuatu yang dapat meminimalisir kesalahan manual di operasional perusahaan retail. Jawabannya sederhana: Sistem ERP. Tools ini dirancang khusus untuk mengotomatisasikan proses-proses manual, memastikan segalanya berjalan lancar dan efisien.
Apa itu sistem ERP dan bagaimana teknologi sistem ini dapat membantu perusahaan atau bisnis ritel?
ERP, singkatan dari Enterprise Resource Planning, adalah sistem perangkat lunak yang dapat mengintegrasikan dan mengelola berbagai proses bisnis dalam sebuah perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitasnya.
Teknologi canggih ini dapat membantu bisnis ritel melalui modul-modul beserta fitur-fiturnya, yaitu:
1. Point of Sales System Integration
Dalam dunia bisnis retail, sistem Point of Sales (POS) bukan lagi sekedar alat untuk menerima pembayaran. POS modern, khususnya yang lengkap dengan fitur loyalty program dan kemampuan untuk mengelola beberapa lokasi dengan data yang sama, menjadi tulang punggung operasional yang efisien.
Dengan fitur Centralized Multi Branch POS, pemilik bisnis dapat memastikan integrasi data antar cabang sehingga transaksi di seluruh cabang dapat Anda kelola dengan mudah dan konsisten.
Selain itu, fitur EDC BCA integration memungkinkan penggunaan nomor kartu bin card, otomatis mengirimkan jumlah pesanan ke EDC, melakukan validasi otomatis saat data pembayaran sudah diterima dari EDC, dan mengambil kode persetujuan secara otomatis untuk mengonfirmasi faktur.
Namun, yang membuat sistem ini lebih istimewa adalah adanya fitur built in professional template for receipts. Fitur ini menawarkan beragam pilihan desain struk atau kwitansi yang terancang dengan profesional, memudahkan bisnis dalam mencetak atau mengirimkan struk kepada pelanggan dengan tampilan yang rapi, profesional, dan sesuai dengan identitas merek.
Tak hanya itu, fitur Automated Promotion Management memungkinkan promosi otomatis berdasarkan isi keranjang belanja, bahkan dengan kemampuan menggunakan beberapa promosi dalam satu pesanan. Ini tidak hanya mempermudah proses penjualan, tapi juga meningkatkan pengalaman belanja pelanggan.
Ditambah dengan Loyalty Points Management, bisnis Anda dapat memberikan penghargaan kepada pelanggan setia, meningkatkan retensi dan memotivasi pembelian berulang. Dengan demikian, investasi dalam POS yang canggih adalah investasi dalam kesuksesan jangka panjang bisnis retail Anda.
2. Omnichannel Management
Dalam lingkungan bisnis yang semakin dinamis, strategi omnichannel retail menjadi vital bagi industri retail. Sistem yang mendukung integrasi penuh antara operasional online (seperti di Tokopedia, Lazada, dan Shopee) dan offline bukanlah pilihan, melainkan kebutuhan.
Mengelola harga yang konsisten di seluruh platform, mengatur pesanan, dan yang terpenting, mengendalikan stok, menjadi lebih mudah dan efisien. Sebagai pebisnis, Anda tentu tidak ingin kehilangan peluang penjualan barang atau melakukan kesalahan dalam menyediakan informasi stok kepada konsumen.
Inilah mengapa investasi pada sistem yang dapat mengautomatisasi dan mengintegrasikan semua proses bisnis retail Anda sangat krusial. Dengan teknologi ini, Anda tidak perlu lagi pusing memikirkan stok di setiap platform penjualan yang Anda miliki. Semua dapat terkelola secara otomatis, mengurangi risiko kesalahan dan kehilangan peluang bisnis.
Ini bukan hanya tentang efisiensi, tetapi juga tentang membangun kepercayaan dan kepuasan pelanggan dalam jangka panjang.
Ingin Tahu Lebih Dalam Mengenai Bisnis dengan Strategi Omnichannel yang Menggunakan Sistem ERP?
3. Home Delivery Management System
Di era digital saat ini, kebutuhan konsumen untuk mendapatkan barang dengan cepat, tepat, dan nyaman telah menjadi standar. Oleh karena itu, sistem yang mampu mendukung proses home delivery management menjadi sangat penting bagi industri retail.
Dengan sistem yang terintegrasi langsung dari Point of Sales (POS) ke manajemen pengiriman, proses pemesanan dan pengantaran menjadi jauh lebih efisien.
Pelanggan dapat dengan mudah memilih jadwal pengiriman yang mereka inginkan, sementara bagi para pebisnis, otomatisasi ini berarti pengurangan kesalahan, peningkatan efisiensi operasional, dan tentunya kepuasan pelanggan yang lebih tinggi.
Dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif, memberikan layanan antar ke rumah yang cepat dan andal adalah kunci untuk memenangkan hati konsumen dan mempertahankan loyalitas mereka.
4. End-to-End System Integration
Kesinambungan dan efisiensi operasional menjadi kunci keberhasilan. Sebuah sistem yang terintegrasi secara end-to-end untuk seluruh aspek bisnis menjadi salah satu solusi untuk mencapai hal tersebut.
Salah satu integrasi kunci adalah dengan stok management, yang memungkinkan pebisnis untuk memeriksa stok secara real-time. Dengan kemudahan seperti penggunaan barcode dan RFID, proses pengecekan stok tidak hanya menjadi cepat tetapi juga akurat. Hal ini penting untuk memastikan keandalan informasi stok dan mengurangi kesalahan dalam operasional.
Selain itu, integrasi dengan sistem procurement memastikan proses pemesanan bahan menjadi lebih praktis, terorganisir, dan cepat. Tidak berhenti di situ, sistem yang terintegrasi dengan manajemen karyawan dapat memberikan pandangan holistik mengenai aktivitas dan performa karyawan, memudahkan penilaian dan peningkatan kinerja.
Dengan adanya integrasi ke berbagai modul lainnya, pebisnis dapat mengoptimalkan setiap aspek operasional mereka, memastikan bahwa proses bisnis berjalan lancar, efisien, dan produktif.
5. IoT yang Dilengkapi AI untuk Mendeteksi Demografik Pengunjung Store Offline Melalui CCTV
Fitur integrasi CCTV untuk pelacakan data penjualan di store fisik ini menggabungkan teknologi CCTV dengan analisis penjualan dan lalu lintas kaki (foot traffic). Integrasi dengan CCTV ini menawarkan solusi serba guna untuk perusahaan-perusahaan ritel dengan omnichannel retail strategy.
Dengan memanfaatkan pengenalan wajah dan analisis demografik, sistem ini dapat memberikan wawasan tentang karakteristik dasar pelanggan, termasuk usia, jenis kelamin, dan respons emosional. Data ini memampukan pemilik bisnis untuk dapat menyesuaikan strategi pemasaran dan penawaran produk mereka agar lebih sesuai dengan demografi pelanggan yang dominan.
Selain itu, komponen analisis foot traffic, dengan teknologi pelacakan canggih, memungkinkan pengukuran aliran pelanggan di dalam store fisik selama interval waktu tertentu. Informasi berharga ini membantu dalam mengoptimalkan jadwal staf, tata letak store fisik, dan promosi flash sale, yang berujung pada operasional store yang lebih efisien.
Integrasi dengan CCTV memungkinkan pemilik bisnis untuk, serta memahami bagaimana demografi pelanggan memengaruhi keputusan pembelian.
Dengan kata lain, melalui fitur ini perusahaan ritel yang mengaplikasikan strategi omnichannel retail akan mendapatkan pemahaman holistik tentang perilaku pelanggan, membantu bisnis dalam mengambil keputusan berdasarkan informasi, meningkatkan efisiensi operasional, dan pada akhirnya, meningkatkan pendapatan mereka.
6. In-Depth Reporting
Dalam laju bisnis yang semakin kompetitif, akses instan dan interpretasi data yang tepat menjadi esensial. Dengan dukungan sistem yang handal, Anda dapat menyusun laporan penjualan dengan efisien.
Selain itu, sistem ini juga memiliki kemampuan untuk memfilter laporan berdasarkan cabang atau merek. Dengan begitu, Anda mendapat pandangan yang detil mengenai performa bisnis Anda. Informasi yang tersaji dengan jelas dan dapat Anda akses dengan cepat ini memudahkan Anda dalam mengambil keputusan. Sajian informasi tersebut juga membantu dalam penyesuaian strategi bisnis berdasarkan kinerja tiap cabang.
Tak hanya itu, kemajuan teknologi juga membawa manfaat signifikan dalam hal pembukuan. Dengan fitur Settlement dan Auto Reconciliation ke bank, keseluruhan proses keuangan menjadi lebih terintegrasi dan otomatis. Hal ini menghilangkan potensi kesalahan yang mungkin terjadi saat rekonsiliasi manual dan memastikan bahwa setiap transaksi tercatat dengan akurat.
Dengan sistem ini, perusahaan ritel Anda, dengan penerapan strategi omnichannel retail-nya, tidak hanya mendapatkan keefisienan operasional tetapi juga kepercayaan dalam setiap keputusan yang Anda buat berdasarkan data tersebut.
Anda dapat membaca artikel tentang software retail yang akan membantu Anda memahami pilihan-pilihan yang sesuai dengan bisnis Anda. Artikel tersebut mencakup berbagai fitur, manfaat, dan kelemahan software retail yang berbeda.
Sebagai Manajemen Perusahaan Retail, Langkah Apakah yang Akan Anda Ambil?
Perubahan perilaku konsumen yang semakin cenderung berbelanja online dan offline menuntut perusahaan ritel yang menggunakan strategi retail omnichannel untuk berinovasi dan beradaptasi.
Tantangan-tantangan seperti manajemen data yang kompleks, ketidaksesuaian harga, dan masalah visibilitas stok adalah hambatan nyata. Hambatan tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kesuksesan bisnis.
Oleh karena itu, perusahaan ritel harus dapat berinovasi dan beradaptasi untuk tetap bersaing dan memenangkan hati pelanggan di era digital yang kompetitif ini.
Jadi, pertanyaannya sekarang adalah: Dalam menghadapi tantangan bisnis ritel di era digital, apa langkah selanjutnya yang akan Anda ambil?