Perusahaan seringkali dihadapkan tekanan untuk memperlihatkan kinerja keuangan yang mengesankan.
Melihat hal ini, kerap para manajer mencari cara agar laba atau keuntungan bisa digunakan untuk menguntungkan perusahaan.
Cara ini biasa disebut dengan manajemen laba. Manajemen laba merupakan cara manajer untuk mempengaruhi informasi dalam batas yang etis yang ada dalam laporan keuangan dengan tujuan menghindari kebangkrutan perusahaan dengan menjaga kepercayaan pemegang saham dan pihak lainnya.
Namun, apakah Anda sudah mengetahui tentang manajemen laba? Untuk memahami lebih lanjut mengenai manajemen laba dalam perusahaan, simak artikel berikut.
Key Takeaways
|
Daftar Isi:
Pilih daftar isi
Pengertian Manajemen Laba
Manajemen laba atau biasa disebut earning management adalah tindakan yang dilakukan manajer untuk memanipulasi laba dalam laporan keuangan.
Nantinya stakeholder atau pihak yang memiliki kepentingan pada perusahaan akan melihat laporan keuangan tersebut.
Melakukan proses manipulasi tersebut tidak sembarangan, tetap sesuai dengan prinsip akuntansi.
Anda dapat melakukan perbandingan dengan laporan tentang bagaimana aspek keuangan dari suatu bisnis, sehingga dapat membantu dalam menentukan seberapa menguntungkannya usaha bisnis yang sedang berjalan.
Oleh karena itu earning management sangat penting karena dapat membantu bisnis agar tetap bertahan, serta mampu menyusun strategi untuk masa depan.
Fungsi Manajemen Laba
Banyak manajer perusahaan yang menjadikan manajemen laba untuk menghindari kecurangan.
Meski begitu, manajemen laba memiliki fungsi lainnya selain untuk menghindari kecurangan. Berikut merupakan beberapa fungsi dari manajemen laba:
1. Dapat memantau laporan laba rugi setiap saat
Hasil dari laporan laba rugi didapatkan sesuai dengan prosedur operasi standar perusahaan. Namun, laporan tersebut dapat dihasilkan oleh seorang akuntan sesuai kebutuhan ataupun diminta oleh pihak manajemen.
Data pada laporan laba rugi menunjukkan indikator seperti pendapatan, pengeluaran, dan laba bersih, atau rugi bersih jika pengeluaran melebihi pendapatan. Yang termasuk pada pendapatan yaitu pendapatan operasi dan pendapatan bunga.
Sehingga dari laporan laba rugi Anda dapat mengetahui pertumbuhan dan penurunan perusahaan untuk mempertahankan hidup perusahaan secara finansial, serta merupakan hasil dari proses kompetitif perusahaan.
2. Menggabungkan pemantauan laporan laba rugi dan pengeluaran kas
Dengan mengkombinasikan laporan laba rugi, manajemen laba akan membantu bisnis dalam menghemat uang.
Seperti ketika mengalami masa sulit, dan memiliki daya beli pada masa bulan-bulan yang kuat untuk melakukan investasi produk baru, infrastruktur, teknologi, maupun berbagai aspek keperluan pertumbuhan bisnis.
Menggabungkan keduanya dalam mengembangkan strategi bisnis akan menghasilkan pengelolaan pendapatan bisnis yang efektif dan juga membantu perusahaan agar dapat merasakan keuntungan.
3. Tim outsource untuk manajemen laba
Mungkin dalam menghasilkan laporan laba rugi akan terasa sulit terutama dengan adanya terlalu banyak birokrasi dalam organisasi.
Untuk memberikan perspektif yang berbeda kepada manajer, Anda dapat menjalin mitra dengan solusi keuangan dan akuntansi agar dapat membangun tim untuk menghasilkan laporan secara ketat dari sudut pandang akuntansi.
Dengan begitu tim dapat membantu dalam mengembangkan formula strategi bisnis, sehingga pemilik bisnis menjadi terbantu dalam memahami cara meningkatkan keuntungannya.
Jika Anda tertarik untuk mengelola manajemen laba yang ada dengan contoh sistem manajemen perusahaan yang bagus, Anda dapat melihat skema perhitungan yang ada terlebih dahulu dengan mengklik banner di bawah ini.
Baca juga: Pentingnya Analisis DuPont bagi Manajemen Keuangan Perusahaan
Pada dasarnya, tidak mungkin melakukan suatu hal tanpa adanya landasan sebuah faktor penyebabnya, begitu pula dengan melakukan manajemen laba bagi perusahaan. Berikut terdapat tiga faktor pendorong yang berkaitan dengan munculnya praktik manajemen laba, antara lain:
1. Hipotesis rencana bonus (bonus plan hypothesis)
Pertama, terdapat faktor hipotesis rencana bonus yang menggunakan metode akuntansi. Hal tersebut bertujuan untuk memaksimalkan utilitas yang ada pada perusahaan. Maksud dari utilitas ini yaitu untuk mendapatkan bonus yang tinggi, artinya manajemen perusahaan tersebut akan memberikan bonus dalam jumlah yang besar.
2. Hipotesis perjanjian hutang (debt covenant hypothesis)
Faktor kedua adalah hipotesis perjanjian hutang, dimana faktor ini diperuntukan kepada manajemen yang melakukan pelanggaran. Pelanggaran terebut dapat berupa melanggar perjanjian kredit sehingga akan memilih metode yang dapat meningkatkan laba, dengan tujuan untuk menjaga reputasi dari pihak eksternal.
3. Hipotesis biaya politik (political cost hypothesis)
Terakhir, terdapat faktor mengenai hipotesis dari biaya politik. Faktor ini berdasarkan pada besarnya suatu perusahaan yang akan menyebabkan semakin besar pula kemungkinan perusahaan tersebut untuk menurunkan laba. Dengan anggapan bahwa menggunakan laba yang tinggi maka pemerintah akan memberikan pajak yang tinggi pula untuk perusahaan. Namun, penerapannya harus tetap sesuai dengan metode akuntansi yang berlaku.
Pola Manajemen Laba
1. Taking a bath
Pola yang pertama yaitu taking a bath. Pada pola ini, manajemen harus membebankan perkiraan biaya yang akan datang dan menghapus beberapa aktiva. Bukan hanya itu, Anda juga harus melakukan clear the desk atau menyembunyikan bukti yang ada, sehingga laporan laba pada periode yang akan datang meningkat.
2. Minimal pendapatan (income minimization)
Melakukan pola minimal pendapatan ini pada saat perusahan meraih profitabilitas yang sangat tinggi. Tujuannya agar tidak mendapatkan perhatian yang bersifat politik. Caranya dapat melakukan penghapusan pada barang modal, seperti biaya iklan dan biaya R&D, serta Anda juga dapat menghapus aktiva tak berwujud.
3. Maksimalisasi pendapatan (income maximization)
Berbeda dengan penghasilan minimal pada pola ini menggunakan tindakan tertentu. Tindakannya yaitu memaksimalkan laba yang bertujuan dalam memperoleh bonus. Hal ini dilakukan pada saat laba sedang mengalami penurunan. Selain untuk mendapatkan bonus yang lebih besar, cara ini juga melindungi perusahaan saat berurusan dengan kegiatan perjanjian hutang. Untuk melakukan pola ini Anda dapat memanipulasi data akuntansi dalam laporan keuangan.
4. Perataan laba (income smoothing)
Selanjutnya terdapat pola perataan laba yang mungkin merupakan pola yang paling menarik. Teknik yang dilakukan adalah dengan meratakan laba yang dilaporkan. Adapun cara pelaporannya dengan menggunakan tren dalam suatu pertumbuhan laba yang bersifat stabil. Tujuannya agar perolehan laba stabil sehingga investor akan menyukai kinerja perusahaan.
5. Expenses recognition dan timing revenue
Pola terakhir yaitu pola yang menggunakan teknik tertentu yaitu dengan cara membuat suatu kebijakan. Kebijakan ini tentu harus berkaitan dengan waktu pada saat transaksi berlangsung. Contohnya seperti pengakuan premature berdasarkan pendapatan.
Baca juga: Akuntansi Biaya: Pengertian, Fungsi, dan Penerapannya
Cara Melakukan Manajemen Laba
Anda pasti ingin memaksimalkan seluruh proses keuangan perusahaan Anda, salah satunya dalah dengan melakukan manajemen laba. Karena, hal tersebut mampu mendongkrak profitibilitas perusahaan Anda. Maka dari itu, inilah cara melakukan manajemen laba, yaitu:
1. Pengakuan pendapatan dan beban
Istilah penghasilan merupakan kata lain dari untung, dan laba juga kata lain dari pengurangan pendapatan dengan pengeluaran. Cara paling sederhana bagi perusahaan dalam mengelola pendapatan adalah dengan mengubah tanggal saat perusahaan menerima pendapatan dan pengeluaran tertentu dalam pembukuannya.
Hal yang dapat perusahaan lakukan untuk meningkatkan pendapatan pada periode saat ini, yaitu dengan mengenali pendapatan masa depan sebelum penerimaan pendapatan atau menunda biaya pengakuannya. Begitu pula, jika Anda ingin mengalihkan pendapatan lebih dari periode saat ini ke periode berikutnya, hal itu dapat menunda perolehan pengakuan pendapatan ataupun mengakui pengeluaran sebelum waktunya.
2. Akuntansi “cooking jar”
Berdasarkan peraturan akuntan perusahaan harus untuk mengakui pengeluaran masa depan pada saat mereka mengakui pendapatan yang berkaitan dengan pengeluaran tersebut. Sebagai contoh, ketika perusahaan menjual barang dengan garansi maka harus memperkirakan biaya garansi di masa depan dan mengetahui biaya tersebut saat melakukan penjualan.
Begitu pula ketika sebuah perusahaan menjual barang kepada pelanggan dengan metode kredit, maka harus memperkirakan nilai tagihan pelanggan yang pada akhirnya akan tidak dibayar dan segera mengakui bahwa mengalami “bad debt expense”. Jika perusahaan melebihkan jenis biaya ini pada periode saat ini, hal tersebut tidak akan mengakui beban sebesar yang akan ada di masa mendatang. Sehingga menyebabkan terjadinya proses menggeser pendapatan dari periode saat ini ke masa depan. Taktik ini bernama akuntansi “cooking jar”.
3. Mengubah metode akuntansi
Standar akuntansi memungkinkan perusahaan dalam memilih metode pelaporan yang paling cocok untuk mereka dalam banyak bidang pembukuan bisnis. Salah satu contohnya pada sistem yang perusahaa gunakan untuk menghitung nilai persediaan dan jadwal untuk mendepresiasikan aset modalnya. Pada jangka panjang, berbagai metode untuk melakukan hal yang sama harus menghasilkan hasil akhir yang sama pula. Misalnya, nilai total yang sama masuk dan keluar dari inventaris, jumlah nilai yang terdepresiasi juga akan sama.
Tetapi dalam jangka pendek, perusahaan memilih metode yang secara signifikan dapat memengaruhi pendapatannya dari satu periode ke periode berikutnya. Apabila suatu perusahaan beralih dari satu metode akuntansi ke metode akuntansi lainnya terutama dengan tujuan untuk mempengaruhi laba, maka hal itu sangat berpengaruh dalam manajemen laba.
4. Biaya satu kali
Perusahaan harus selalu melaporkan pengeluaran satu kali yang sangat besar seperti menghapus biaya proyek yang mengalami kegagalan, atau mengurangi nilai aset pada neraca secara signifikan. Dengan menerapkan manajemen laba, suatu perusahaan dapat mencoba menghemat tagihan pada saat pendapatan cukup tinggi untuk menyerap pengeluaran atau mengambil tagihan sebelum waktunya.
Perusahaan yang mengambil biaya besar dalam periode saat ini memperoleh kesempatan untuk mempercepat semua jenis pengeluaran lain untuk periode itu juga. Istilah dari pola ini adalah “take a bath”.
Kesimpulan
Manajemen laba biasa diterapkan oleh perusahaan dengan tujuan yang beragam. Baik itu dari untuk mendapatkan keuntungan hingga mempengaruhi nilai pajak yang mereka harus bayar.
Manajemen ini memang memberikan banyak keuntungan, namun cara ini memiliki risiko tinggi, yang mana laporan keuangan perusahaan bisa menjadi tidak relevan.
Untuk itu Anda harus membuat laporan performa nyata yang sesuai. Dalam membantu hal ini, Anda dapat menggunakan Software Akuntansi dari HashMicro agar Anda bisa membuat laporan keuangan dengan mudah dan real-time.
Sangat penting untuk memantau kondisi keuangan perusahaan demi masa depan bisnis Anda. Daftarkan demo gratis sekarang!