Metode yang paling banyak digunakan untuk menentukan biaya produksi adalah full costing dan variable costing. Seperti yang telah kita telah ketahui, siklus dunia bisnis secara sederhana dibagi menjadi tiga bagian: produksi, distribusi, dan penjualan atau konsumsi yaitu penjualan kepada konsumen.
Full costing dan variable costing memiliki kesamaan yaitu dapat berfungsi sebagai metode perhitungan atas suatu biaya produk. Kedua istilah tersebut sangat penting untuk proses penetapan biaya dalam dunia bisnis.
Penting bagi sebuah perusahaan untuk memiliki kemampuan dalam meningkatkan keuntungannya dalam menjalankan usaha tanpa menambah kerugian baik dengan penggunaan alat seperti sistem penjualan atau dengan cara lain. Sistem penjualan memberikan solusi para pengusaha untuk meningkatkan konversi penjualan.
Para ahli percaya bahwa ada dua konsep untuk menentukan biaya produksi: biaya penuh dan biaya variabel. Di bawah ini merupakan penjelasan mengenai pengertian full costing & variable costing, kekuatan dan kelemahannya, hingga contohnya secara lengkap.
Key Takeaways
|
Daftar Isi:
Pilih daftar isi
Apa itu Variable Costing?
Variable costing adalah sebuah metode untuk menghitung segala biaya yang perusahaan gunakan untuk memproduksi suatu produk, dimana biaya ini memiliki jumlah yang terus berubah tergantung pada ruang lingkup kegiatan bisnis. Dengan kata lain, biaya ini juga berfluktuasi sebanding dengan produksi atau produksi.
Biaya tersebut pun nantinya dapat menghasilkan jumlah yang fluktuatif (tidak tetap atau tidak pasti) yaitu memiliki kemampuan untuk naik-turun secara proporsional.
Harga pokok produk menurut metode variabel costing umumnya terdiri dari:
(a) Biaya bahan baku = Rp xxx
(b) Biaya tenaga kerja variabel = Rp xxx
(c) Biaya overhead pabrik variabel = Rp xxx
Harga pokok produk = (a) + (b) + (c)
Baca juga: 5 Manfaat Modal Ventura dalam Mengembangkan Start-up Anda
Pengertian Full Costing
Sedangkan full costing dipahami sebagai seluruh biaya yang telah suatu perusahaan keluarkan sebagai biaya untuk proses produksi.
Oleh karena itu, metode ini akan melibatkan segala biaya, termasuk biaya variabel, biaya tetap, biaya langsung, biaya tidak langsung, investasi, dan semua biaya yang perusahaan gunakan dalam proses produksi. Oleh karena itu, metode ini biasanya digunakan sebagai tolak ukur, terutama dalam menghitung biaya pokok produksi dan total biaya per unit.
Berikut merupakan harga pokok produksi menurut metode full costing, terdiri dari:
(a) Biaya bahan baku = Rp xxx
(b) Biaya tenaga kerja langsung = Rp xxx
(c) Biaya overhead pabrik tetap = Rp xxx
(d) Biaya overhead pabrik variabel = Rp xxx
Harga pokok produksi = (a) + (b) + (c) + (d)
Setelah penjelasan singkat mengenai perbedaannya kedua metode tersebut, berikut merupakan tujuan dari adanya variable costing.
Baca juga: Fungsi Komunikasi Pemasaran dalam Menarik Perhatian Pelanggan
Tujuan Adanya Variable Costing
Tujuan dari biaya variabel adalah untuk menyediakan informasi yang memiliki orientasi bagi manajemen dalam pengambilan keputusan jangka pendek, yaitu:
- Pihak manajemen dapat mengetahui batas kontribusi yang berguna untuk menentukan rencana besarnya laba melalui analisis hubungan biaya-volume-laba dan untuk keputusan bagi pihak manajemen dalam pengambilan kebijaksanaan jangka pendek.
- Manajemen memiliki kemudahan dalam memfasilitasi pemantauan status operasional, pembuatan penilaian, dan akuntabilitas ke departemen lain dalam perusahaan.
Apa Kelebihan Full Costing dan Variable Costing?
Bagi sebagian besar dari Anda yang mungkin masih bingung untuk memilih menggunakan metode apa yang tepat bagi bisnis Anda, kelanjutan dari artikel ini dapat menambah wawasan Anda sebelum menjatuhkan pilihan yang sesuai.
Kelebihan metode full costing
- Dapat menampilkan total biaya overhead secara komprehensif
- Metode ini memiliki dua jenis biaya yaitu biaya variabel dan overhead
- Dapat melakukan penundaan dalam beban biaya overhead saat produk belum laku terjual.
Kelebihan variable costing
Perlu diketahui bahwa ada kelebihan akuntansi biaya variabel yang perlu Anda ketahui, berikut daftarnya:
-
Manajemen Biaya
Dengan menggunakan metode ini, pihak manajemen dapat memisahkan biaya tetap dari laporan laba rugi sehingga pihak manajemen dapat lebih fokus pada perilaku biaya tetap ini.
-
Mendukung pengambilan keputusan jangka pendek
Metode ini juga mendukung pihak manajemen agar dapat menentukan pengambilan keputusan. Contohnya, jika ada pesanan khusus dari konsumen maka harganya sudah dapat perusahaan tentukan melalui variabel costing.
-
Membantu perencanaan penentuan laba jangka pendek
Pihak manajemen memerlukan informasi mengenai biaya yang sudah dipisahkan menurut perilaku dan menurut perubahan volume produksi untuk menentukan laba jangka pendek, penggunaan sistem perencanaan seperti ERP tentu akan sangat membatu dalam perencanaan laba pendek seperti ini.
Sistem ERP mampu mengintegrasikan setiap aktivitas bisnis, seperti dalam kegiatan manajemen inventaris, sales & marketing, dan keuangan.
Baca juga: Apa itu Purchase Order dan Apa Kegunaannya bagi Bisnis Anda?
Apa Kekurangan Full Costing dan Variable Costing?
Kekurangan metode full costing
- Harga jual produk lebih tinggi dibandingkan dengan metode biaya variabel.
- Metode full costing membuat konsumen mau membayar berapapun untuk barang yang mereka inginkan
- Hanya dapat Anda gunakan dalam bisnis dengan bidang produksi bahan pokok masyarakat pada umumnya.
Kekurangan variable costing
- Discretionary fixed cost dan committed fixed cost akan sulit untuk dilakukan pada metode costing jenis ini.
- Metode ini akan menyebabkan naik turunnya suatu laba, disebabkan karena terjadinya perubahan dalam penjualan suatu produk.
- Variable costing tidak cocok untuk perusahaan yang bersifat musiman
Baca juga: Rekomendasi Akuntansi Apps Terbaik di Indonesia Tahun 2023
Bagaimana Contoh Laporan Laba Rugi Full Costing?
Dalam laporan laba rugi yang dibuat dengan metode full costing, bisa dilihat di contoh bahwa metode ini menitikberatkan pada penyajian unsur-unsur biaya yang berhubungan dengan fungsi-fungsi pokok yang ada dalam perusahaan. Berikut contohnya:
PT Karya Puspita
Laporan Laba Rugi (Metode Full Costing)
Bagaimana Contoh Laporan Laba Rugi Variable Costing?
PT Rakyat Semesta
Laporan Laba Rugi (Metode Variabel Costing)
Bulan Januari, Februari, Maret 2020
Baca juga: Konsinyasi adalah: Kelebihan dan Kekurangannya Dalam Sistem Penjualan
Kesimpulan
Demikian penjelasan singkat mengenai variable costing serta perbedaannya dengan full costing. Variable costing adalah suatu metode perhitungan seluruh biaya yang digunakan untuk membuat suatu produk, yang mana biaya tersebut memiliki jumlah yang terus berubah sesuai dengan volume kegiatan bisnis.
Sedangkan full costing merupakan salah satu metode akuntansi yang menjelaskan bahwa seluruh biaya yang perusahaan keluarkan di dalam proses produksi, seperti biaya variabel, biaya tetap, biaya langsung, biaya investasi, dan seluruh biaya yang dimanfaatkan.
Bila penerapan kedua metode tersebut masih terlalu kompleks, Anda dapat menggunakan Sistem Akuntansi dari HashMicro. Sistem ini membantu Anda mengetahui kondisi keuangan di setiap cabang bisnis dengan analisis mendalam dan estimasi pendapatan Anda secara akurat serta mengurangi proses akuntansi manual yang memakan waktu seperti pembukuan, kalkulasi depresiasi aset, dan lain-lain.
Masih ada fitur menarik lainnya yang dapat Anda terapkan. Tunggu apa lagi? Coba demo gratisnya sekarang!