Artikel sebelumnya telah membahas pentingnya transformasi digital dalam bisnis. Selanjutnya, kami akan membahas tentang mengapa supply chain, salah satu aspek terpenting dalam bisnis, juga membutuhkan transformasi digital.
Supply chain merupakan sistem yang kompleks dengan berbagai aspek dan proses yang meliputi tahap procurement, inventory, warehouse, hingga penjualan dan distribusi. Semua aspek tersebut vital bagi kelangsungan bisnis.
Maka dari itu, peran digitalisasi dalam manajemen rantai pasokan sangat signifikan. Melansir survei dari Gartner, transformasi digital supply chain akan meningkatkan revenue perusahaan hingga 10%. Namun, ironisnya, hanya 15% dari perusahaan yang diriset menyiapkan diri untuk digitalisasi.
Terlebih lagi, kompleksitas proses supply chain membuatnya rentan terhadap gangguan. Gangguan dalam rantai pasokan dapat mengakibatkan berbagai masalah, termasuk peningkatan biaya operasional, penundaan dalam pengiriman produk, kerugian reputasi, dan penurunan kepuasan pelanggan.
Gangguan rantai pasokan dapat mengganggu kinerja perusahaan, sehingga mengancam kelangsungan bisnis dalam lingkungan yang kompetitif. Oleh karena itu, transformasi digital dalam supply chain management sudah merupakan keharusan, bukan lagi sebuah pilihan.
Key Takeaways
|
Daftar Isi:
Pilih daftar isi
Manfaat Transformasi Digital dalam Supply Chain Management
Menerapkan transformasi digital dalam manajemen supply chain memiliki banyak manfaat. Selain menjaga agar bisnis tetap kompetitif, bisnis juga dapat mengoptimalkan seluruh proses rantai pasokan, dari awal hingga akhir.
Berikut beberapa manfaat utama dari digitalisasi supply chain:
- Meningkatkan keuntungan. Perusahaan yang mendigitalisasi proses rantai pasokan mereka mendapatkan peningkatan pendapatan tahunan sebanyak 3.2%.
- Menghemat biaya. Bisnis yang mengoptimalkan rantai pasok mereka berhasil menghemat biaya sebanyak 15%.
- Mempercepat siklus supply chain. Proses rantai pasok yang terdigitalisasi terbukti tiga kali lebih cepat dalam siklus cash-to-cash.
- Efisiensi operasional meningkat. Supply chain management dengan bantuan AI 67% lebih efektif daripada supply chain konvensional.
- Keputusan bisnis yang lebih baik. Dengan kontribusi data akurat dari sistem, serta pengetahuan tentang supply chain dari profesional, perusahaan dapat mengambil keputusan yang lebih berkualitas.
Perbedaan Supply Chain Konvensional dan Digital
Aspek | SCM Konvensional | SCM Digital |
Procurement (pengadaan barang atau jasa) | 55% perusahaan tidak dapat membuat keputusan yang baik karena tidak memahami pengolahan data pengadaan. | 82% perusahaan mendapatkan proses pengadaan menjadi lebih mudah dengan digitalisasi. |
Inventory | Lebih dari 30% bisnis terdampak pada informasi inventaris yang tidak akurat. | Perusahaan yang menerapkan transformasi digital mendapatkan keuntungan 2.5 kali lebih cepat. |
Warehouse | 55% dari distributor sering mengalami keterlambatan pembayaran karena rekap transaksi yang berantakan. | 26% pengguna warehouse management system melaporkan penghematan waktu signifikan |
Sales | Penjualan konvensional meningkat 1.7% untuk konversi prospek ke pelanggan. | Penjualan digital meningkat 9.9% dalam tingkat konversi prospek ke pelanggan. |
Berikut tabel perbedaan antara supply chain management (SCM) konvensional/manual dan digital, yang merangkum perbedaan signifikan dalam pendekatan dan implementasi keduanya. Tabel tersebut menyajikan perbedaan pengaruh transformasi digital dalam aspek pengadaan (procurement), inventory, warehouse, dan sales.
Tanda-tanda sistem yang Anda gunakan sudah tidak relevan
Tanda-tanda sistem manual atau sederhana di perusahaan sudah tidak cukup untuk manajemen rantai pasok seringkali terlihat dari sejumlah efek negatif yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Salah satu efek negatif yang paling mencolok adalah keterbatasan dalam integrasi antara berbagai fungsi utama, seperti procurement, inventory, warehouse, dan sales.
Ketika sistem tidak terintegrasi dengan baik, perusahaan mungkin mengalami kesulitan dalam mengelola proses rantai pasok secara holistik. Sistem manual dalam manajemen inventaris, gudang, pengadaan, dan penjualan seringkali tidak dapat memberikan visibilitas yang akurat terhadap stok barang dan data penjualan.
Tanpa integrasi yang efektif, perusahaan kesulitan memantau stok secara real-time, yang dapat menyebabkan kekurangan stok atau kelebihan persediaan yang tidak efisien. Proses manual rentan terhadap kesalahan dan keterlambatan dalam manajemen gudang, serta menghambat kemampuan perusahaan untuk membuat keputusan bisnis yang tepat waktu.
Konsekuensi Menolak Teknologi terhadap Proses Bisnis Anda
Sebanyak 63% perusahaan masih belum menerapkan software digital untuk mengelola rantai pasokan mereka. Selain karena tidak mengetahui keberadaan sistem digital, tidak sedikit perusahaan yang memilih untuk tetap manual karena mereka merasa tidak butuh. Akan tetapi, apakah itu langkah yang terbaik bagi perusahaan?
Dalam era modern ini, kecepatan dan akurasi menjadi kunci utama kesuksesan. Perusahaan yang tidak mampu beradaptasi dengan cepat berisiko tertinggal dan terpinggirkan dalam persaingan pasar. Terlebih lagi, dengan kompleksitas yang semakin meningkat dalam proses rantai pasokan, penggunaan teknologi menjadi suatu keharusan.
-
Pengeluaran tinggi, keuntungan rendah
Perusahaan cenderung menghadapi biaya operasional yang lebih besar akibat pengelolaan yang tidak efisien. Tidak hanya itu, gangguan dalam rantai pasok juga mengakibatkan kerugian hingga 228 juta dolar.
Akibatnya, meskipun perusahaan mungkin mampu menjual produk mereka, laba yang dihasilkan cenderung lebih rendah karena biaya operasional yang tinggi dan efisiensi yang rendah.
-
Keterlambatan pengiriman dan pelaporan
Jika perusahaan tidak memiliki sistem perencanaan yang efektif, mereka mungkin mengalami kesulitan dalam meramalkan permintaan, mengelola persediaan, atau menetapkan jadwal produksi dengan tepat. Hal ini dapat mengakibatkan keterlambatan dalam memenuhi pesanan pelanggan.
-
Data yang tidak berkualitas
Data yang berkualitas buruk disebabkan oleh dua hal utama: kesalahan manusia dan pengelolaan data yang terpisah dan tidak terstruktur. Akibatnya, akan banyak data yang buruk, tidak akurat, atau bahkan hilang dari database. Dalam ranah supply chain, data yang buruk menyebabkan kerugian hingga 600 miliar dollar per tahun.
-
Kurangnya visibilitas rantai pasokan
Survei menyatakan bahwa 57% bisnis memiliki visibilitas yang buruk terhadap manajemen rantai pasokan mereka. Mengapa demikian?
Sebab, bisnis tidak bisa melacak dan memantau aliran barang secara tepat waktu di seluruh rantai pasokan. Proses manual yang terfragmentasi dan sistem yang tidak terintegrasi pun memperparah ketiadaan visibilitas ini.
-
Ketidakmampuan untuk merespons perubahan pasar
Supply chain konvensional urang fleksibel dalam merespons perubahan pasar yang cepat. Proses manual membuat perusahaan sulit untuk menyesuaikan produksi, distribusi, atau strategi stok dengan cepat sesuai dengan perubahan permintaan atau persaingan pasar.
Salah satu contoh nyata adalah ketika pandemi COVID-19 menyerang. Perubahan pasar yang ekstrem dan cepat membuat 57% perusahaan mengalami penurunan keuntungan yang signifikan. Tentunya, rantai pasokan mereka juga mengalami gangguan.
Atasi Tantangan Supply Chain dengan Sistem Digital
Mengelola rantai pasokan adalah tugas yang kompleks. Banyak perusahaan yang kesulitan mengurus seluruh prosesnya tanpa supply chain management yang efektif. Maka dari itu, penggunaan software supply chain management akan sangat membantu perusahaan untuk mengurus setiap aspek dengan baik.
Salah satu sistem supply chain management terbaik adalah HashMicro. Teknologi dari HashMicro dirancang untuk menyederhanakan dan mengoptimalkan prosesnya dari awal hingga akhir. Dari pengadaan bahan baku, penyimpanan inventory, pengelolaan warehouse, hingga manajemen sales, software HashMicro dapat memudahkan setiap tahapannya.
Sistem supply chain management dari HashMicro dilengkapi dengan fitur-fitur lengkap yang bertujuan untuk mengoptimalkan kegiatan operasional perusahaan. Berikut beberapa fitur unggulan HashMicro untuk supply chain management yang efektif:
-
Otomatisasi proses supply chain
Dengan teknologi otomatisasi yang terintegrasi, software ini membantu perusahaan untuk mengotomatiskan tugas-tugas rutin seperti pengelolaan persediaan, pemrosesan pesanan, pemantauan pengiriman, dan peramalan permintaan.
-
Integrasi data yang mulus
Sistem digital dapat menggabungkan data dari berbagai sumber, termasuk pemasok, produsen, distributor, dan pelanggan, ke dalam platform tunggal yang terintegrasi. Dengan demikian, perusahaan dapat mengakses informasi yang komprehensif dan real-time tentang stok, permintaan, dan status pengiriman.
-
Manajemen end-to-end proses supply chain
Sistem digital memastikan seluruh proses supply chain berjalan lancar, mulai dari proses pengadaan, penyimpanan stok di gudang, hingga pengiriman barang ke pelanggan. Maka dari itu, perusahaan dapat lebih cepat memperbarui siklus supply chain, sekaligus menanggulangi potensi risiko.
-
Analisis data yang canggih
Software ini memanfaatkan teknik-teknik analisis data lanjutan seperti machine learning dan big data analytics untuk mengidentifikasi pola-pola kompleks dalam data supply chain. Hasilnya, perusahaan dapat lebih responsif terhadap perubahan pasar yang mendadak.
-
Planning and forecasting management
Software ini menyediakan alat yang diperlukan untuk membuat peramalan permintaan yang akurat berdasarkan data historis, tren pasar, dan faktor-faktor lainnya. Selain itu, fitur ini berguna untuk merencanakan kebutuhan persediaan, produksi, dan distribusi dengan lebih tepat waktu dan efisien.
Sekarang Anda sudah mengetahui manfaat dari transformasi digital dalam supply chain management. Namun, jika Anda masih ingin tahu lebih lanjut tentang apa itu supply chain, Anda dapat membaca artikel kami. Anda juga bisa membaca tentang rekomendasi supply chain management untuk perusahaan Anda.
Studi Kasus: Pengaruh Penerapan Transformasi Digital pada Proses Bisnis Perusahaan
Riset dari McKinsey menyatakan bahwa perusahaan yang melakukan digitalisasi rantai pasoknya dapat mengalami peningkatan laba tahunan sebesar 3.2% (sebelum bunga dan pajak).
Selain itu, riset dari Logistics Bureau menyatakan bahwa mengurangi biaya rantai pasokan sebesar 5% dapat meningkatkan laba bersih (net profit) sebanyak dua kali lipat. Salah satu cara untuk mengurangi biaya operasional adalah dengan menerapkan sistem supply chain management yang mumpuni dan dapat berkembang dengan pertumbuhan perusahaan.
Berikut adalah contoh perusahaan yang mencapai kesuksesan karena mereka menerapkan transformasi digital, terutama di bidang manajemen rantai pasok:
Pfizer: produksi vaksin massal dengan manajemen mumpuni
Pfizer adalah salah satu perusahaan farmasi terbesar di dunia yang menghadapi tantangan logistik besar dalam mengadaptasi rantai pasokannya untuk menghasilkan dan mendistribusikan vaksin COVID-19 dalam waktu singkat.
Mereka menyadari urgensi situasi ini, bahwa setiap keterlambatan dapat berdampak fatal bagi pasien. Untuk menyelamatkan jutaan nyawa, Pfizer melakukan transformasi cepat dalam rantai pasokan dan meningkatkan efisiensi produksi. Penting untuk diingat bahwa Pfizer memproduksi 200 juta dosis vaksin dalam setahun.
Transformasi ini tidaklah mudah. Pfizer harus beradaptasi dengan perubahan lanskap global dan meningkatkan visibilitas serta responsibilitas dalam rantai pasokan mereka. Untuk menghadapi tantangan ini, Pfizer sudah bersiap sejak lama. Mereka memindahkan rantai pasokannya ke cloud pada tahun 2012 dan memperkenalkan jaringan pasokan yang sangat terorganisir pada tahun 2015.
Langkah-langkah ini memberikan visibilitas yang lebih baik terhadap status produk dan memungkinkan respons yang lebih cepat terhadap permintaan.
Selain itu, Pfizer juga memperkuat kehadirannya di ruang e-commerce, menyediakan akses online untuk obat resep mereka. Ini tidak hanya meningkatkan aksesibilitas obat-obatan, tetapi juga menyediakan data yang lebih rinci untuk mengelola permintaan dan menganalisis kebutuhan pasar dengan lebih baik.
Dengan lebih dari 24.000 SKU dan 200 produsen kontrak di 175 negara, Pfizer memahami pentingnya pelacakan produk di seluruh rantai pasokan mereka. Melalui inisiatif Highly Orchestrated Supply Network (HOSuN), Pfizer bertujuan untuk memperkuat rantai pasokan mereka di setiap tahap dengan menggunakan solusi digital yang tersedia untuk mendukung transformasi ini.
Ban Ban Tea: ekspansi lancar dengan sistem manajemen inventaris
Ban Ban Tea adalah perusahaan minuman berbasis teh di Indonesia yang berdiri pada tahun 2017, dan terus berkembang hingga sekarang. Konsep utama Ban Ban Tea adalah menyajikan minuman yang dapat dinikmati oleh semua kalangan keluarga, dari anak-anak hingga orang dewasa.
Tantangan utama yang Ban Ban hadapi adalah manajemen inventaris. Ban Ban memiliki banyak cabang dan terus berkembang, sehingga pengelolaan inventaris–bahan baku dan peralatan–pun menjadi kompleks. Selain itu, Ban Ban juga sering mengeluarkan menu seasonal yang membuat pengelola kelabakan untuk mengurus stok bahan baku yang akan digunakan.
Menyadari tantangan tersebut, Ban Ban Tea segera mencari sistem yang mampu mendukung pengelolaan inventaris mereka dengan maksimal. Mereka pun memilih HashMicro, yang telah memiliki reputasi bagus dalam memaksimalkan operasional perusahaan F&B berskala besar. Terlebih lagi, sistem HashMicro cocok bagi perusahaan yang sedang berkembang pesat.
Dengan fitur-fiturnya yang lengkap, HashMicro membantu Ban Ban Tea mengelola seluruh cabang secara real-time. Selain itu, tampilannya yang user-friendly memudahkan staf untuk mengoperasikan sistemnya. Pelaporan yang lengkap dan variatif pun memberikan Ban Ban Tea wawasan yang berharga akan kinerja setiap cabangnya.
Menjaga kualitas minuman dan meningkatkan kepuasan pelanggan adalah misi dari Ban Ban. Sekarang, Ban Ban tidak perlu khawatir akan mengecewakan pelanggan karena pengelolaan bahan baku yang bermasalah. Sistem inventaris HashMicro memastikan bahwa seluruh bahan baku datang dalam keadaan optimal, dengan jumlah yang tepat.
Kini, Ban Ban Tea mengalami kenaikan pendapatan yang konsisten. Salah satu faktor utama yang berkontribusi dalam kenaikan tersebut adalah manajemen inventaris yang baik. Dengan sistem dari HashMicro, Ban Ban tidak hanya mengelola inventaris secara akurat, tetapi juga memaksimalkan penjualan dan cashflow.
Jika Anda ingin mengetahui bagaimana HashMicro membantu Ban Ban mentransformasikan bisnisnya secara digital, dapat melihat video ini:
Kesimpulan
Transformasi digital dalam manajemen rantai pasok memegang peranan krusial dalam mencapai operasi yang lebih efisien, hemat biaya, dan responsif. Dengan adopsi teknologi yang tepat, perusahaan dapat mengoptimalkan setiap tahap dari rantai pasok mereka dengan meningkatkan visibilitas, meminimalkan risiko, dan meningkatkan respons terhadap perubahan pasar.
Salah satu sistem supply chain management terbaik untuk perusahaan Anda adalah HashMicro. Dengan fitur-fiturnya yang lengkap dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan, Anda tidak perlu khawatir lagi akan manajemen rantai pasok yang memakan waktu dan biaya. Jika Anda tertarik untuk mengetahui bagaimana sistem kami bekerja, Anda bisa daftar demo gratis di sini.
Artikel ini merupakan edisi kedua dari seri artikel Pentingnya Transformasi Digital bagi Bisnis. Di artikel selanjutnya, Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang manufaktur, manajemen keuangan, dan maintenance aset.